Sunday, August 31, 2008

Disini taman kota hanyalah untuk para gembel dan tukang gorengan yang berjejer hingga menghilangkan rasa teduh dan nyaman.
Disini trotoar adalah tempat bermain bagi para begundal dan pengemis yang berharap bisa makan hari ini tanpa melakukan pekerjaan hasil tenaga-nya.
Jalan raya adalah tempat yang sesak dan ribut kalang kabut karena berjejal mobil-mobil mewah bersamaan dengan metromini dan bajaj butut yang harusnya sudah masuk laut menjadi sarang ikan dan cumi-cumi.
Udara yang sejuk cuma mimpi siang bolong karena asap tebal polusi sudah begitu akutnya meracuni atmosfer kota. Kasihan orang yang merintis menggunakan sepeda saat bekerja, mungkin usahanya itu akan berakhir sia-sia dan cuma menjadi buah bibir sejenak. Jalan kaki tak menjadi trend, karena berjalan sedikit saja seperti berjalan ribuan kilometer, penuh omelan dan gerutuan karena keringat yang lengket minta ampun.
Mau melihat copet dan pengamen yang berjaya, silahkan naik kereta disitulah gudang kesumpekan diantara penumpang yang berjubel. Bau dan penuh sampah kulit jeruk berserakan. Menyedihkan.
Inilah wajah ibukota Indonesia, yang muncul secara tiba-tiba tanpa perencanaan matang. Terpaksa menjadi kota metropolitan karena tuntutan kemajuan tanpa landasan yang benar-benar dipikirkan. Silahkan mencaci maki karena disini memang tepat untuk dicaci.
Tapi lebih baik mulailah berpikir bagaimana secara kecil menjadi bagian untuk menjadikan kota ini menjadi kota yang nyaman. Sedikit saja, tolong mulailah dengan membuang sampah pada tempatnya, menjadikan diri sendiri menjadi pribadi yang beradab diantara jutaan manusia lain yang tak punya hati nurani.

Besok adalah hari pertama Ramadhan, dan aku selalu senang. Inilah bulan dimana sudut-sudut nuraniku terketuk dengan kesadaran. Memang sudah sering aku melakukan ritual ini, setiap tahun dalam hidupku dan rasanya selalu sama, menjelang ramadhan ini hatiku tergugah seperti tersiram oleh sesuatu yang menyejukkan, terus menerus.
Aku menjadi begitu percaya akan Tuhan, aku menjadi sosok kecil yang tak berarti, tetapi sekaligus juga menjadi sosok yang percaya diri karena melihat tentang keagunganNya. Perasaan ini adalah perasaan kesadaran, aku realistis memang di sepanjang perjalanan selalu jatuh bertekuk lutut dalam kegagalan karena terbuai oleh godaan-godaan.
Ya aku selalu senang menyambut bulan ini, karena saat kesendirianku menjadi benar-benar berarti. Sudah dari dulu jauh dari ketiak orang tua membuatku menghargai ritual ramadhan ini. Menghargai keberadaan orang-orang yang kusayangi dan menghargai nikmat yang telah ku dapatkan.

Saturday, August 30, 2008

Aku bosan mengetik, mataku sudah capek di depan layar komputer ini. Tapi paper research ini seolah semakin banyak dan bahkan belum sampai seperempatnya ku selesaikan. Otakku seolah buntu, buku-buku sejarah yang telah ku baca semalaman tak menghasilkan sesuatu pun di pikiranku yang bisa kuingat. Aku menyerah, ruang museum ini seolah menelanku, sudah hampir 5 jam aku disini, dan belum ada sesuatu berarti yang bisa aku tuangkan. Ah, sepertinya aku butuh udara segar.

Aku butuh melepaskan Negara Kertagama, aku butuh melepaskan silsilah raja, aku butuh pergi dari kungkungan sitihinggil keraton. Kidung dan macapat musti aku lupakan sejenak. Sudahlah, aku matikan komputerku sambil merapikan buku yang berserakan ini.

Aku teringat bahwa uang perpustakaan untuk bulan ini belum sempat aku bayarkan, ah dengan rasa tak rela aku melangkah menuju ruang petugas yang duduk di ruang lobi tengah.

Keluar dari museum, mataku seolah tersiram air dingin yang menyejukkan, deretan gedung tua diantara canal-canal terlihat begitu indah. Aku berjalan menyusuri trotoar bergabung dengan banyak pejalan kaki yang tampaknya ingin menikmati sore hari ini. Tujuanku adalah coffeeshop di ujung jalan.


Baby went to Amsterdam
She put a little money into travelling
Now it's so slow, so slow
Baby went to Amsterdam
Four, five days for the big canal
Now it's so slow, so slow

And I got to go away
To a place of my own
Working hard, fill my time
From that day on, till I hit the bed

Amsterdam was stuck in my head

Oh, it's a kind of stupid groove
That you can't ignore
Oh, it's a kind of natural fact
Sometimes you're just left to be alone

Artist: Peter Bjorn And John lyrics
Album: Writer's Block
Year: 2006
Title: Amsterdam

Thursday, August 28, 2008

Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Mungkin sekarang saatnya aku menjadikan ini bukan hanya menjadi pepatah yang tidak ada maknanya.

Hanya perlu satu semangat yang tebal untuk melakukan semua langkah yang diinginkan. Jika sudah tahu apa yang musti dilakukan maka tak akan ada lagi keraguan dan bimbang yang seringkali menghambat. Berjalan beriringan ataupun berpisah di rute yang berbeda takkan mempengaruhi arah perjalanan jika semua menempuh satu tujuan yang sama.
Kini untuk apa harus khawatir lagi, mulailah berjalan dengan tersenyum dan bergembira.

Tuesday, August 26, 2008

Lihatlah banyak cahaya terang di atas sana, berkerlipan berlomba menampilkan warnanya yang paling indah. Semua menunggu untuk kau gapai.
Jika kamu percaya akan mimpi-mimpi maka segera kumpulkan kekuatanmu. Maka debu-debu langit akan mengelilingimu.
Awan-awan biru bergerak membentuk permadani yang akan mengantarmu
Tekadmu adalah sayap-sayapmu yang akan memberikan petualangan menjelajahi gunung dan sungai-sungai

Monday, August 25, 2008

Terlalu baik dan peduli dengan orang lain, memikirkan mereka satu persatu, mendengarkan dan menuruti keinginan yang berbeda-beda dari kepala-kepala itu bisa membuat gila.

Ada banyak kompartemen dalam pikiran kita yang masing-masing isinya berbeda-beda, kadang karena saking banyaknya, ini membuat kita susah untuk bisa membedakan dan membuat prioritas manakah yang musti kita dahulukan.

Ada segumpal mimpi dan keinginan, ada tentang karir, ada tentang romantisme, ada tentang kehidupan sosial, ada tentang ketidak pastian, ada optimisme, bahkan ada pesimisme.

Masing-masing dari isi pikiran itu meminta untuk diperhatikan terlebih dahulu dan itu susah sekali mengontrolnya, membuat kita kebingungan setengah mati.

Padahal untuk bisa mewujudkan apa yang ada di pikiran itu menjadi bentuk nyata yang terlihat membutuhkan perhatian yang sebenar-benarnya agar tidak hanya menjadi sesuatu yang kosong dan tertunda-tunda.

Dan itu tak mudah.

Friday, August 22, 2008

Tuhan yang baik, terima kasih atas dunia yang indah ini.
Atas semua kebahagiaan yang selalu Kamu berikan kepadaku
Sehingga aku terus bisa tersenyum
Untuk mensyukuri nikmat-nikmatmu.

Tuesday, August 19, 2008

Adalah mimpi yang membuat kita bisa mengambang dari tanah untuk meninggikan posisi kita dari yang sebenarnya. Hanyalah mimpi yang membuat kita bisa melihat keluar jauh dari tempurung yang mengelilingi, tempurung inilah yang sering membutakan mata pikiran dan membuat kita terjebak dalam ketidak berdayaan. Tanpa mimpi kita hanya akan menjadi sesosok kayu tua yang teronggok di sisi jalan tanpa ada yang menghiraukan dan lama kelamaan akan lapuk membusuk tanpa sisa.
Dalam hidup kita butuh mata untuk bisa melihat jalanan di depan, dan dengan mimpilah maka mata kita bisa melihat jauh ke depan. Mimpi bukanlah angan-angan, mimpi adalah yang bisa memberikan nafas kepada kita untuk bisa terus berjalan dan berlari. Mimpi adalah seperti cahaya yang menerangi perjalanan saat memasuki terowongan yang begitu gelap, ini menjadikan semangat dan energi baru untuk kita melangkah.
Mimpi adalah cita-cita, mimpi adalah yang membuat kita berbeda. Walau banyak yang tak memahami, bahkan mungkin tak mengerti, terus teruslah bermimpi karena inilah yang membuat kita bisa bergerak tanpa ada kelelahan.

Sunday, August 10, 2008

Indonesia adalah negara yang kaya, aku sangat yakin akan hal itu. Dari sejak dahulu orang dari berbagai belahan dunia telah berbondong-bondong dan bergantian mengunjunginya. Kekayaan alam, keunikan budaya, atau juga peninggalan bersejarah telah membuat Indonesia menjadi perhatian mata dunia. Kalau diruntut sejarah, sejak zaman Ptolemy, Marcopolo, laksamana Cheng Ho, saudagar-saudagar Islam, bahkan pelaut-pelaut hebat Eropa yang bergantian hadir di tanah Indonesia. Mereka kagum dan jatuh hati akan kekayaaan Indonesia. Mereka menganggap tanah timur jauh ini adalah tanah dimana tumbuh pohon emas.
Pada suatu masa Indonesia pernah berkembang, namanya terdengar harum, kekuasaannya melewati batas lautan. Lalu pada suatu masa juga Indonesia surut, tertekuk oleh ketiak penjajahan. Bangsa Indonesia tak berkutik, tak ada lagi kesempatan untuk bisa terus berkembang. Bahkan terkesan semakin tak berdaya, begitu susah untuk bergerak maju. Bahkan saat telah bisa melepaskan, bangsa Indonesia seperti bangsa yang kalah perang, tak ada lagi kepercayaan diri. Terlena dalam kenyamanan yang membuat perut buncit tetapi otak yang kosong.
Dan muncullah masa dimana bangsa ini mulai tampak kebingungan dan hilang identitas, menjadi tak peduli lagi akan sejarah, pembusukan dari dalam mulai terjadi, menggerogoti setiap sendi kehidupan. Kesenjangan semakin lebar, tak ada kesatuan, bangsa yang besar muncul menjadi masalah karena banyaknya perbedaan. Tak ada lagi satu suara, semua orang saling curiga dan iri. Kompetisi menjadi proses yang mengerikan. Ini membuat Indonesia kembali kalah karena di luar lautan sana peradaban sudah semakin maju.

Seandainya bisa menghayalkan nikmatnya kopi toraja mampu menjadi potensi tak tertandingi, motif batik yang dibuat begitu rapi akan menjadi suatu kekayaan. Bangsa ini hanya butuh pikiran terbuka, bangsa ini butuh kepercayaan diri.

Saturday, August 09, 2008

Masuklah ke gang-gang; diantara himpitan bangunan yang begitu rapat dan tak menyisakan tempat untuk udara yang segar maka kau akan melihat wajah-wajah yang tersenyum. Mungkin dalam kegetiran, tapi mungkin juga tentang rasa damai bahwa mereka tetap bisa bertahan menghadapi begitu kerasnya kehidupan.
Kunjungilah pasar yang panas dan penuh lubang becek di sepanjang petak-petaknya, setiap receh yang diterima hari itu adalah tentang terpenuhinya kebutuhan makan hari ini. Mereka tersenyum saat menerimanya, bagai menyambut rejeki yang tak terkira.
Berikanlah sepuluh ribumu dengan ikhlas pada orang yang telah begitu baik membersihkan kipas anginmu dari debu, sebagai balasannya kau akan melihat senyuman dan ucapan terima kasih darinya.
Bahkan saat kau pergi pada suatu malam diantara kumpulan bandit-bandit dan penjahat yang menutupi identitasnya dari polisi kau juga akan menemukan suatu senyuman dan tawa puas dari mereka saat tiba-tiba datang satu crate botol minuman keras yang akan menemani mereka menjaga keamanan tempat hiburan untuk malam ini.

Lihatlah akan selalu ada senyum di dunia bahkan di lapisan-lapisan yang mungkin tak pernah kita lihat.

Sedikit mengontrol tubuh dan keinginan, menenggelamkan diri dalam kesendirian. Berpikir tentang apa saja, ada baiknya sedikit menarik diri ke belakang untuk bisa melenturkan tubuh sehingga bisa meloncat dengan lebih jauh.
Bersihkan pijakan sehingga tak ada lagi lumut yang mengganggu, menyeimbangkan kaki dengan benar-benar. Tahu saatnya meringkik hebat dan tahu saatnya berpikir menunduk.

Mungkin memang benar bahwa kekuatan otaklah yang bisa mengontrol dunia dan menguasainya. Tapi apakah salah jika tetap mempertahankan kekuatan fisik.
Temui musuh yang begitu kau benci, katakan perasaanmu di depan wajahnya, tatap matanya jangan berkedip, tunjukkan keberanianmu tapi jangan biarkan amarah menguasai setiap syaraf otakmu.
Hujamkan pukulanmu tepat pada titik sasaran yang kau inginkan, jangan biarkan dia bahkan bisa berpikir untuk membalasmu. Kau tahu kapan kau harus berhenti, cukuplah sampai disitu. Tarik nafasmu, rangkul lawanmu, biarkan dia pergi.

Damai duniaku.

Jika tak ada lagi batas-batas negara, jika tak ada lagi egoisme agama, jika perbedaan warna kulit adalah suatu keunikan yang menjadikan kehidupan menjadi berwarna. Maka perdamaian akan hadir di seluruh muka bumi.
Menjadikan kompetisi adalah proses mendapatkan keinginan untuk menjadi yang terbaik, melakukannya dengan cara yang sportif tanpa perlu ketegangan dan saling menjatuhkan maka suatu saat akan muncullah generasi indah yang menguasai dunia.
Suatu hari nanti ketamakan akan menjadi olok-olok yang memalukan, kejujuran akan menguasai setiap sendi kehidupan dan saling memperhatikan adalah nafas segar yang terus dipuja-puja.
Semua orang menebar senyum, yang menaruh dendam dalam hatinya akan terpojok dan menjadi sampah yang terpinggirkan sehingga perlahan musnah karena proses alam.
Sambutlah dunia yang ideal, dunia yang menjadi mimpi banyak orang. Dunia dimana teknologi adalah untuk memberi kemakmuran.
Dan warna hijau menjadi dominasi setiap gambar yang mengabadikan pemandangan.

Friday, August 08, 2008

Hampir 8 bulan lalu, aku pernah menguratkan keinginan didalam hati bahwa tak ingin menyia-nyiakan lagi waktu yang telah diberikan oleh Tuhan. Di saat deburan ombak di kejauhan tertutup oleh bunyi-bunyian kembang api dan suara gaduh orang-orang, saat suara terompet begitu jelas memekakan gendang telingaku. Suara ketawa orang-orang yang berpesta karena merayakan perpindahan tahun dengan suka cita.
Bau minuman bercampur-campur.
Esok paginya aku terbangun, berjalan di garis pantai dengan laut yang membentang.

Kini, 8 bulan itu berlalu dengan sangat cepat…cepat sekali.
Dan aku masih seperti ini lagi.
Duh kenapa ya 24 jam terasa tak cukup lagi bagiku.
Masih terlalu banyak lubang yang musti ditutupi.
Banyak sekali keinginan yang musti diwujudkan.

Wednesday, August 06, 2008

Kera atau Adam?

Berbagai kajian tentang asal usul manusia sudah menjadi perdebatan yang tak pernah ada habisnya antara kaum theis dan kaum atheis. Berabad-abad mereka saling mempertahankan pendapatnya masing-masing baik dengan menggunakan teori-teori yang mendukung atau hanya dengan omong kosong yang tak perlu.

Kaum atheis selalu mendasarkan pada pemikiran dan teori Darwin tentang evolusi yaitu bahwa manusia adalah berasal dari kera. Selama ribuan tahun bentuk fisik dan otaknya menyesuaikan, ini semua adalah tentang cara manusia untuk bisa bertahan hidup.
Kaum theis tetap berpegang teguh untuk tidak mempercayai teori evolusi, mereka cenderung merujuk asal usul manusia adalah dari Adam yang berdasarkan dari satu sumber saja yaitu kitab suci.
Dua pandangan ini tidak pernah menemui titik temu, satu sama lainnya tetap bertahan pada pandangannya masing-masing yang ternyata pandangan-pandangan ini mempunyai kekurangan satu sama lainnya.
Seperti contohnya pada teori evolusi kaum atheis, jika ini memang benar kenapa masih ada makhluk yang disebut kera pada hari ini sementara manusia telah begitu maju dalam peradabannya, apakah hewan ini adalah sebuah evolusi manusia yang gagal?
Lalu beralih kepada pendapat kaum theis bahwa manusia pertama adalah Adam lalu beranak pinak dan menjadi kaum yang berbeda-beda sampai sekarang ini. Lalu pertanyaannya dimanakah Adam pertama kali muncul? Kenapa tidak ditemukan peninggalan-peninggalan dan rantai sejarah yang menguatkannya.

Mungkinkah suatu saat dua pandangan ini menemui titik temu? Aku tetap berharap, manusia akan mempunyai pengetahuan yang terus berkembang untuk bisa menjawab begitu banyak pertanyaan yang terjadi di dunia ini.

Monday, August 04, 2008

Tapak kaki kudaku yang seperti besi ini terus menapak di jalanan kerikil yang kadang-kadang tajam dan melukai. Tapi aku harus terus menjalani, tak ada kata menyerah, karena menyerah hanyalah untuk orang yang kalah.
Panahku yang terasah tajam siap ku luncurkan, tak pernah kupedulikan hembusan angin yang kadang terasa seperti badai. Mataku memicing, mencoba melihat sasaran panahku yang tertutup kabut, sebentar ada dan sebentar hilang.
Aku meringkik, tubuhku bergidik, bulu-buluku berdiri, aku menyiapkan seluruh tubuh dan mentalku.
Tak kupedulikan bekas-bekas luka di tubuh yang kadang masih terasa sakit dan mengeluarkan tetesan-tetesan darah segar.
Dari atas bukit ini, saat matahari tenggelam, aku meringkik, kakiku menapak dan aku melompat, menuju lereng terjal yang penuh bebatuan.
Keseimbangan ini tak boleh goyah, karena banyak batu licin yang berserakan, lumut telah melapisinya dengan sangat sempurna.
Satu persatu aku telah berhasil melewati bebatuan ini dan anak panahku masih terjaga rapi di busurnya. Tak terjatuh dan terlepas.
Dari batu terakhir, diantara aliran air sungai kakiku mencoba menapak kuat, aku tak ingin terpeleset dan terjatuh. Aku memicingkan mata, kulihat kembali targetku. Mataku tajam seperti elang, tak akan kulepaskan sedikitpun dari pandanganku.
Kupasang panahku dibusur, kurentangkan talinya dengan sangat kuat. Dan dari titik ini kulepaskan anak panahku yang meluncur kencang membelah angin.

Sunday, August 03, 2008

Mempertanyakan Borobudur.

Gegap gempitanya peradaban yang sekarang ada adalah hasil dari perjalanan panjang yang dirintis sejak pertama kali manusia ada di muka bumi ini. Huruf, tulisan, bahasa, teknologi adalah penciptaan yang tak begitu saja muncul dengan ajaib di depan manusia, semua itu membutuhkan proses dan adaptasi yang tidak sebentar.
Seperti itu juga kita hidup sekarang ini adalah hasil dari proses yang memakan waktu bertahun-tahun, dari sejak bayi dengan pengetahuan kosong sama sekali sampai kita tua besok yang nantinya akan menjadi kosong kembali.
Hidup kita penuh dengan ingatan-ingatan tentang masalalu, itulah yang sering disebut dengan sejarah. Tapi seringkali kita lupa dan asing tentang siapa kita, bagaimana kita bisa berdiri disini dan kenapa kita tetap bisa berdiri disini. Sejarah itu sering kita lupakan, karena kita mengganggap tidak perlu lagi melihat kebelakang karena di depan jalan masih terlalu panjang.
Dan perlahan itu menjadi trend, itu menjadi sebuah keragaman dan banyak menghinggapi kepala orang-orang, sudah tidak ada lagi kepedulian akan masa lalu. Yang terjadi sudahlah biarkan terjadi menjadi pedoman banyak orang. Inilah yang sedang melanda Negara yang sedang ku diami saat ini.
Dari berbagai referensi dan pengetahuan yang mungkin masih terlalu dangkal untuk bisa menghakimi, Indonesia adalah negara yang dibangun dengan sejarah dan peradaban yang unik. Beberapa literature dan peninggalan telah membuktikan itu, salah satunya adalah candi Borobudur yang berdiri pada 8 masehi. Jika pada masa itu saja sudah berdiri candi semegah itu, bukankah membuktikan ada suatu peradaban yang telah begitu maju di tanah nusantara ini.
Tapi coba lihatlah masih begitu banyak misteri yang melingkupi monument besar ini, monument yang pernah menjadi pusat dari peradaban Budha. Tak ditemukan lagi catatan dan bukti sejarah yang bisa menguatkan tentang keberadaan candi ini.
Semua penuh dengan kegelapan, susah sekali melacak dan mengkaji bagaimana candi ini bisa dibangun di negeri ini, bagaimana keadaan saat itu dan seperti apa kira-kira peradaban saat itu.
Yang tertinggal hanya dongeng-dongeng penuh mistis yang bahkan semakin membuat keajaiban ini semakin ditutupi oleh kabut tebal yang susah terkuak.

Saturday, August 02, 2008

Darahku tiba-tiba bergejolak
Tubuhku mulai melayang ringan
Pikiranku mulai mengembara entah kemana
Bibirku terus tersenyum
Mulutku terus menyanyikan tentang keindahan
Tanganku bergerak lincah, jari-jariku menari
Rasanya aku begitu bersenang-senang dengan khayalanku
Fantasi-fantasi yang terus membuaiku
Dan aku tak pernah mencoba untuk menghentikannya
Karena aku begitu menikmatinya

Jangan pernah lelah dan berhenti
Terus peganglah tanganku jangan kau biarkan lepas
Karena ternyata aku sangat membutuhkanmu
Kaulah sumber inspirasi yang terus membuatku terbang
Telah kuserahkan hidupku, bawalah, bawalah aku kemanapun kau mau
Tak akan kucoba untuk melawan setiap kepakan sayap putihmu
Biarkan aku terus menghirup wangimu

Marilah kita bersenang-senang.


Jujur

Untuk bertahan hidup kita memiliki kekuatan di diri masing-masing
Ini dibentuk dari pengetahuan yang kita lihat dan pengalaman yang kita nikmati
Kekuatan ini menjadi pendorong agar kita bisa terus berdiri dan berjalan
Tapi kadang ada kuasa lain yang lebih besar datang, dan mau tak mau harus berhadapan kekuatan yang diri kita.
Kekuatan yang sebenarnya sangat kita banggakan.
Tapi kuasa ini juga semakin kuat dan terus tumbuh semakin besar, karena bagaimanapun ternyata kita sangat-sangat membutuhkannya.
Kita mencoba berontak, mencoba melepaskan kuasa ini, mencoba menolaknya karena semakin lama semakin mendesak kekuatan yang kita miliki
Kita mulai merintih, dan mulai menangis karena kuasa ini memberikan segala hal yang kita inginkan.
Kesedihan, kepedihan, kehilangan, kesepian, kesenangan, kebahagiaan, kenyamanan semua bercampur jadi satu.
Kita mulai berteriak karena kuasa ini menjadi terasa sangat begitu mengganggu.
Kita mencoba bertahan, mencoba berperang dengan membentuk dinding dan sekat-sekat yang memisahkan diri kita terhadap kuasa ini. Dan kita mulai kehilangan kejujuran kita.

Selamat datang.

Satu lagi keindahan datang ke dunia ini, penuh warna-warni yang diberkahi
Pelangi seindah apapun tak mampu menandingi keindahan yang dibawanya
Cahaya yang paling gemerlap sekalipun hanyalah isapan jempol saat berhadapan dengan cahaya yang dimilikinya
Sehebat apapun manusia pernah menciptakan suatu mahakarya tak sedikitpun mampu menjadi perbandingan
Tuhan telah memberikan nyawa pada bunga terindah ini, Tuhan menyertainya dengan berkahnya
Setelah dalam lindunganNya yang nyaman, akhirnya Tuhan juga telah melepaskan bunga ini untuk bisa ikut hidup di muka bumi
Untuk bisa menebarkan keharuman diantara umat-umatnya yang lain.
Terima kasih Tuhan dan selamat datang “pada bunga yang diberkahi.”


27 Juli 2008.
23.30 WIB

Menghubungkan titik-titik.

Saat jalan masih terlalu panjang di depan sana, tujuanmu masih terlihat begitu kabur sehingga kadang kamu ragu untuk terus berusaha.
Semangat yang seringkali datang dan sangat kamu butuhkan, mungkin tiba-tiba menghilang seiring perjalananmu.
Kakimu terasa gamang untuk melangkah, karena sangatlah rapuh pijakannya.
Gambaran tentang keinginan dan harapan samar-samar terlihat, hanya berupa titik-titik yang entah membentuk apakah nantinya.
Kamu perlu untuk berhenti, lihatlah kembali apa yang menjadi tujuanmu. Perhatikan titik-titik yang berserakan tak tentu itu.
Mulailah menghitung berapa jumlah titik itu, perlahan kumpulkan semuanya menjadi satu, dan mulailah menyusunnya.
Ratusan, ribuan, bahkan jutaan titik dari yang terkecil dan begitu susah dilihat mata, jangan membuat kamu menyerah dan bertekuk lutut.
Buatlah titik-titik itu menjadi garis, gambarkan sebuah bentuk yang kamu inginkan.
Mungkin ini tak mudah kamu lakukan, tapi jangan pernah mengeluh karena inilah wujud dari keinginanmu.
Rangkailah satu persatu. Lihatlah itulah yang musti kamu capai dalam hidupmu.
Bentuk itulah yang nantinya menjadi pemacu semangatmu untuk bisa terus berjalan.
Rangkain titik-titik itulah yang musti kamu raih.