Wednesday, April 30, 2008

Ramalan Jayabaya - 2.

Maksihe bapa anenggih
langkung suka ingkang rama Sang Prabu Jayabayane
Duk samana cinarita pan arsa katamiyan
Raja Pandhita saking Rum nama Sultan Maolana

Ngali Samsujen kang nami sapraptane sinambrama
Kalawan pangabektine kalangkung sinuba suba
Rehning tamiyan raja lan seje jinis puniku
Wenang lamun ngurmatana

Wus lengah atata sami nuli wau angandika
Jeng Sultan Ngali Samsujen “Heh Sang Prabu Jayabaya”
Tatkalane ing sireku, Kandhane Kitab Musarar

Prakara tingkahe nenggih
Kari ping telu lan para nuli cupet keprabone
Dene ta nuli sinelan liyane teka para
Sang Prabu lajeng andeku wus wikan titah Bathara

Saturday, April 26, 2008

Susahnya ngobrol sama anak.

Bicaranya beda, kalau terlalu lugas takut gak ada isinya. Tapi kalau terlalu pintar nanti takut terkesan menggurui, itulah deretan pertimbangan yang musti dipikirkan benar-benar jika kita mau bicara tentang apa yang musti kita sampaikan kepada anak-anak.
Dunianya terlalu berbeda, sulit sekali untuk bisa kita mengerti apa yang ada dibenaknya. Bermacam data, contoh, dan perilaku yang mungkin bisa kita peroleh bukan menjadi jaminan mutlak itu sebagai acuan cara yang tepat.
Bicara kepada anak adalah tentang perasaan, tentang imajinasi yang menggebu, tentang kepolosan yang tak ada pamrih, tentang ketidak pastian yang akan sangat sulit sekali dipegang.

Apalagi jika kita ingin memberi contoh dan mencoba menggugahnya, uh perlu ekstra otak dan kesabaran deh.

Friday, April 25, 2008

Guilty Pleasure.

Satu bungkus indomie rebus rasa ayam bawang yang dimasak dengan telur ayam. Saat masih panas tambahkan bumbu pedas udang dari Thailand.

Kaget,..

...itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku ketika bangun pagi ini. Keadaan kamarku memang tetap sama, tapi yang mengagetkanku adalah kenapa ada sepasang pistol Colt M1911 di samping bantalku; barang yang sangat ingin aku miliki. Dengan gugup aku langsung membuka korden kamar untuk melihat matahari, mencoba meyakinkan diri bahwa aku ini sedang bermimpi.
Tidak, keadaan diluar kamarku tidak ada yang berubah. Tapi ketika aku memperhatikan sekelilingku baru aku tersadar ternyata diluar sana begitu berbeda, tidak ada aktifitas seperti biasa, tidak ada deru bajaj, tidak ada lalu lalang orang beraktifitas. Sangat sepi suasana pagi ini. Yang kulihat hanyalah kepulan asap dari sisa-sisa bangunan yang terbakar dan berantakan.
Door! Tiba-tiba terdengar suara keras tembakan yang membuatku terkesiap dan secara insting menundukkan diri, ternyata ini sangat menolongku. Kurasakan deru angin peluru meluncur cepat di atas kepalaku dan mengenai tempat air yang terpasang tak jauh di belakangku, membuatnya hancur lebur.
Terburu-buru aku berlari menuju kamar dan bergegas mengganti pakaikanku dengan yang lebih pantas. Kuambil pistol tersebut, kulihat peluru sudah lengkap terisi di tempatnya.
Tanpa mempedulikan desingan peluru yang silih berganti lewat di atas kepalaku, aku berlari ke lantai bawah untuk mengambil kendaraanku. Namun apa yang aku lihat di tempat pakir membuat jantungku terasa copot, kulihat tumpukan mayat yang penuh dengan luka tembakan tergeletak berserakan disitu. Aku hanya tertegun melihat pemandangan itu dan kulihat tak jauh dari situ seorang yang bahkan tidak aku kenal tampak tersenyum, mukanya bengis dan dingin. Aku berpikir dialah pelakunya.

Sekarang dia melihatku, matanya tajam seperti tak ada belas kasihan. Dengan senyum mengejek dia menghampiriku, tangannya tampak menodongkan AK-47 ke arahku. Aku bergetar, kedua tanganku yang memegang pistol terasa begitu kaku, ketakutan menyelimuti seluruh nyaliku.
Aku mundur perlahan tapi dia tetap tak beranjak, ada keinginan membunuh kulihat dimatanya, dan tak salah lagi kini akulah sasarannya.
Entah ada kekuatan apa yang mendorongku, tanpa berpikir panjang tanganku langsung mengarahkan pistol ke dia dan menembakkannya. Aku tak merasa apapun, suara letusan itu begitu keras. Kulihat dia limbung ke belakang, ternyata peluru dari pistolku berhasil mengenainya.
Orang itu berteriak kesakitan, dadanya penuh darah. Dia terkapar tak berdaya. Saat aku hampiri dia terlihat meringis menahan sakit, wajahnya memelas mengharapkan iba dariku.
Kesadaranku sudah kembali, aku tersenyum melihat dia yang tampak begitu kesakitan karena luka tembaknya. Kuarahkan moncong pistolku ke kepalanya yang membuat dia semakin kelihatan ketakutan, teriakan belas kasihannya terdengar seperti nyanyian setan yang terasa begitu merdu di telingaku.

“Door”,…aku menirukan suara pistol. Dia terperanjat, matanya memerah sangat ketakutan. Dia mulai menangis saat kupermainkan nyawanya.
Aku sangat siap kali ini, mataku tak sedikitpun tertutup.
Dooor! Pistolku menyalak dengan keras, percikan api terlihat menyala di moncongnya. Ada beberapa percikan darah yang sempat mengenai mukaku tapi kebanyakan darah itu mengalir deras di lantai parkiran.
Aku lega dan cuma menggumam…”Inilah rasanya…”
Sepi,….hanya terdengar sayup-sayup suara tembakan silih berganti di luar sana.

Apa, apa?....Kenapa, kenapa?

Setiap hari harus bangun saat matahari sudah mencapai pertengahan siang, membuka jendela, berjalan di teras loteng, melihat puluhan kepala yang bergantian melakukan aktifitasnya di komplek pasar sebelah sana. Mendengar pula deru kendaraan yang lalu lalang entah melakukan urusan apa.
Mataku yang masih saja sembab walau sudah terpejam cukup lama, tetap saja tidak mau berkompromi. Nafsu mengantuk ini selalu menggantungiku setiap pagi.
Walau sudah sering aku berkompromi untuk tak kehilangan semangat, tapi entah kenapa setiap pagi tetap saja aku kehilangan gairah untuk melakukan yang seharusnya.
Sudah berulang kali aku merasakan hal ini, kebingungan dan kesendirian yang terus menerus hadir dan menggangguku.
Ada apa sebenarnya?
Apa mungkin karena sudah tak ada lagi yang membuatku senang, apakah kegembiraan yang sering kuberikan kepada semua orang itu ternyata adalah hal yang semu belaka. Apakah mungkin kepuasan yang selalu aku harapkan ternyata tak pernah sesuai dengan kenyataan yang ada.
Ataukah mungkin aku sama sekali belum bisa menemukan apa yang aku cari. Atau mungkin bahkan aku sendiri tak tahu apa yang harus aku cari.
Entahlah.
Di sisi lain aku telah menemukan apa yang selama ini menjadi pertanyaan padaku, tapi saat bersamaan juga hadir pertanyaan-pertanyaan lain yang malah semakin banyak dan menyebalkan. Membuatku semakin kebingungan.
Kenapa kenapa sih hidup tidak simple saja….!
Atau malah aku yang membuatnya tidak simple dengan pilihan hidupku.

Damn!,…mungkin saatnya aku ikut aliran kejawen aja kali nih, biar lucu dikit.

Wednesday, April 23, 2008

Ramalan Jayabaya - 1.

Kitab Musarar inganggit duk Sang Prabu Jayabaya
Ing Kediri kedhatone
Ratu agagah prakosa tan ana kang malanga
Parang muka samya teluk pan sami ajrih sedaya

Milane sinungan sakti
Bathara Wisnu punika anitis ana ing kene
Ing Sang Prabu Jayabaya
Nalikane mangkana pan jumeneng Ratu Agung
Abala para Narendra

Wusnya mangkana winarni
Lami-lami apeputra jalu apekik putrane
Apanta sampun diwasa ingadekan raja
Pagedhongan tanahipun langkung arja kang nagara.

Leluhur/ Karuhun.

Adalah mereka yang bersatu padu untuk melindungi kita.
Menjaga kita dari segala bentuk kejahatan yang mengancam.
Berjanji yang tak pernah diingkari.
Ada di sisi kita terus menerus.

Seperti apa mereka adalah karena kita yang membentuk.

Ada apa di belakangmu?

Saat berjalan jangan pernah meleng walau terlihat jalanan begitu mulus
Ketika sudut mata menangkap indahnya oasis yang terlihat jernih dan menyegarkan, jangan langsung bergembira karena mungkin itu hanyalah fatamorgana
Apalagi saat berlari,.. indera haruslah sangat sempurna.

Ingatlah, akan selalu banyak ular dan hewan pengerat dalam perjalananmu.
Akan terus ada manusia pengecut yang bersembunyi dalam muka kebaikan, menunggu kamu lengah lalu menusuk dari belakang
Saat sekilas kau melihatnya, singkirkan seketika, tak usah kau pelihara, karena itulah penyakit menular yang akan menghancurkanmu.

Friday, April 18, 2008

Ajaib.

Aku ternyata sangat membutuhkannya.
Ritual membasuhnya terasa begitu menyegarkan.
Ketika penat, bosan, dan kelelahan membebaniku.
Hanya inilah yang membantuku.
Di saat aku tak peduli dengan duniaku.
Dan berjalan dengan kesendirianku.
Inilah yang menenangkanku.
Tak perlu ada paksaan disini.
Aku melakukannya saat ku mau.
Terima kasih Tuhan karena Kau telah menciptakannya.

Jenderal Gales terlihat kebingungan,….

…matanya tajam menatap deretan monitor di depannya yang menayangkan blueprint pusat kota Jakarta. Dia tampak ragu, dalam otaknya hanya ada dua kemungkinan, menghancurkan Istana kepresidenan atau harus mempercayai laporan intelejennya untuk mengebom bangunan segitiga sebagai markas pasukan khusus TNI yang terletak di tengah kampung Tanah Abang, dengan resiko mengorbankan ribuan warga sipil.

Tak berapa lama, suara sirene semakin keras terdengar ini adalah tanda bahwa pasukannya yang berada di daerah Tanjung Priok semakin terdesak oleh perlawanan pasukan khusus TNI. Dia harus memutuskan sekarang juga, karena integritasnya ditaruhkan kali ini.
“Area 2!” ucapnya lantang.
Perintah ini langsung menggema di seluruh ruangan navigasi kapal USS Red Rover II yang bersandar di lautan lepas utara Jakarta.

Pesawat bomber B43 yang dari tadi berputar-putar di langit Istana Kepresidenan mengalihkan haluannya ke arah selatan menuju kampung Tanah Abang, tak berapa lama dia melepaskan sepasang bom dari perutnya dan langsung tepat tertuju pada bangunan segitiga yang terletak di tengah perkampungan padat itu. Bumi bergetar hebat karena ledakan saat bom itu menyentuh tanah, disusul dengan asap yang membumbung bagaikan jamur raksasa menyentuh langit Jakarta. Jerit tangis manusia terdengar memilukan diantara asap pekat yang belum juga hilang setelah 10 menit berlalu.

Dari balik asap yang mulai menipis tampak sepasang sepatu lars sedang menyibak bangkai-bangkai manusia yang berserakan memenuhi jalanan. Dibelakangnya ratusan tentara bersenjata lengkap dan bermasker melakukan hal yang sama. Mereka menyusuri jalan dan memindahkan puing-puing bangunan yang hancur berantakan seperti sedang mencari sesuatu. Kawasan itu bagaikan kota hantu yang penuh dengan ribuan mayat rakyat sipil yang sudah tak berbentuk lagi. Sangat menyedihkan.
Sesekali dari kejauhan terdengar suara tembakan, disusul dengan teriakan manusia yang menderita.

Pencarian itu ternyata sia-sia, ratusan tentara Amerika itu tak berhasil menemukan apa yang mereka cari. Pemboman besar itu ternyata hanya membunuh ribuan rakyat sipil tak berdosa dan 15 tentara TNI yang memang berjaga di bangunan segitiga itu yang kini bahkan tak berbekas sama sekali.

Di dalam ruang navigasi USS Red Rover II terlihat Jenderal Gales tertunduk lesu, matanya nanar memandangi hasil rekaman langsung prajuritnya yang masih menyisir di kampung Tanah Abang, sangat jelas di monitor gambar ribuan mayat rakyat sipil dengan kondisi sangat mengenaskan.
Matanya semakin memerah ketika mendengar di speaker tentang pesan terakhir prajuritnya yang memberitakan bahwa 1.200 pasukannya yang berada di Tanjung Priok berhasil dikalahkan oleh pasukan khusus TNI.
Tak lama terdengar bunyi telepon di mejanya, Jenderal Gales hanya mampu menggeram keras, dia berjalan menuju mejanya dengan langkah gontai diringi pandangan kosong oleh seluruh personilnya yang berada di ruangan itu.

Thursday, April 17, 2008

My Marilyn

"Hollywood is a place where they’ll pay you a thousand dollars for a kiss, and fifty cents for your soul."

"I believe that everything happens for a reason. People change so that you can learn to let go, things go wrong so that you appreciate them when they go right, you believe lies so you eventually learn to trust no one but yourself, and sometimes good things fall apart, so that better things can fall together."


Marilyn Monroe (born Norma Jeane Mortenson;June 1, 1926– August 5, 1962).

Bapak & Ibu.

Setelah sekian lama kenapa aku baru sadar kalau aku begitu sama sepertinya.
Kewibawaan yang sangat aku kagumi
Karena caranya mengatasi masalah yang terjadi
Selalu menjaga tangannya, tapi tak segan memukulkannya saat anak laki-lakinya terasa sudah keterlaluan
Aku baru memahami kenapa dia tak pernah marah jika aku pulang dengan muka biru atau harus datang ke sekolah karena aku telah memukul guru
Tetapi dia akan marah besar saat tahu aku tak bisa menjaga namanya atau mempertahankan keberadaanku di sekolah
Sering sekali kulihat dia kecewa, tapi tak pernah ada satupun kemarahan yang keluar. Hanya senyuman dan diamnya.
Sikap tertutupnya mungkin agar bisa menjaga keutuhan keluarga ini. Baginya tak perlu orang lain tahu apa yang dirasakannya, karena ada yang lebih penting baginya yaitu bisa melihat anak-anak kecilnya hidup tanpa perlu bernaung di ketiaknya.

Darinyalah aku berasal
Dari tangan dan kasih sayang perempuannyalah aku dibesarkan.
Kata-kata bijaknya pernah membuatku tak berani mendekatinya
Tapi tangisnya jugalah yang menyadarkan tentang semua kesalahanku
Dialah yang telah menaruh hati dan perasaan pada tubuhku, menjaganya terus menerus agar itu tak hilang.
Pernah aku sangat muak sehingga mencoba berlari tapi dia tetap tak bergeming dan terus menghidangkan pisang goreng kesukaanku
Dan saat aku terjatuh dalam pelarianku, dialah manusia hebat yang selalu siap mengulurkan tangannya membantuku
Kebahagiaan baginya hanyalah saat melihat anak-anak kecilnya bisa tertawa.

Aku adalah perpaduan mereka, aku mewarisi keduanya.
Tak bisa dipungkiri kalau darah itu sudah begitu menyatu.
Tak bisa ditolak kalau sifat itu sudah mendarah daging.

Saatnya belum tiba atau tak akan pernah tiba.

Saat diri belum pantas untuk berkata maka diamlah.
Saat tak punya kekuatan untuk menghakimi maka membisulah.
Karena tak mudah untuk bisa menjadi orang yang dipercaya.
Apalagi berharap semua menuruti kemauanmu, bisa jadi mereka berbeda denganmu.
Jadi, tetaplah di tempat dimana kau berada, mereka hanya membutuhkanmu disitu.
Karena kenyataan seringkali berbeda dengan keinginan

Tuesday, April 15, 2008

Setiap hari.

minimal:
- menulis satu halaman
- membaca 45 halaman

Hit.

Plakkk! Terdengar sangat keras bunyi tamparan itu, meninggalkan tak hanya luka memerah di wajah tetapi sekaligus juga menghancurkan perasaan halus wanita tersebut.

Brakk! Wanita itu tersungkur, merintih dan menangis hebat meratapi betapa kejamnya laki-laki di depannya. Yang dia lakukan hanyalah melindungi kandungannya dengan seluruh kemampuan yang dia punya.

Apapun kesalahannya, sebesar apapun kejahatan yang telah dilakukan wanita itu, tak berhak dia mendapatkan perlakuan tersebut.
Kenapa bisa seorang laki-laki berubah menjadi seekor binatang buas yang tak punya akal sama sekali. Kenapa bisa seorang laki-laki menjadi seorang bodoh yang merelakan pukulannya untuk hal keji seperti itu.
Karena kepalan tangan laki-laki hanya untuk laki-laki.

Rumput dan semak itu berbau harum.

Lihatlah belakang rumah kita, berderet rempah-rempah tumbuh dengan suburnya. Dari kapulaga, jahe, kayu manis, kunir, kunyit, sampai asem manis yang bijinya sering dimanfaatkan anak-anak untuk digunakan sebagai peluru ketapelnya, itu semua tumbuh liar tanpa perlu bermacam-macam teknik dan teori.

Tapi, coba lihat lagi setelah 5 tahun, apakah yang tersisa di belakang rumah? Hanya kenangan manis yang ada disitu, karena semua berubah begitu cepat.
Kita telah mengorbankan kekayaan kita demi untuk mencoba mencari kekayaan lain yang terlihat begitu menggiurkan.

Tak ada lagi sungkan di diri kita untuk meratakan deretan rumput dan semak yang beraroma harum itu hanya agar kita bisa mendapatkan kertas selembar A4 bermaterai, terus dan terus menerus.
Mungkin perut kita memang bisa kenyang dan kita bisa tertawa puas, tapi kita sudah tak bisa lagi merasakan manis pedasnya kapulaga di seluruh rongga mulut disaat kita menunggu ikan memakan umpan di kail kita.

Dengarkan bisikan angin yang berhembus.

Setiap orang punya keinginan untuk mengemukakan apa yang ada di dalam pikirannya. Berkata dengan penuh perasaan dan berharap untuk didengar.
Tapi, apakah semua orang juga bernasib baik dengan mempunyai teman yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Kehidupan ternyata tidaklah sesempurna itu.
Banyak sekali manusia di dunia ini yang hidupnya begitu hampa, terkungkung dalam kesendiriannya, membisu dalam kesepiannya. Tidak ada satupun yang mau memposisikan diri untuk mau menjadi pendengarnya setiap saat.
Semua terlalu sibuk untuk memenuhi keinginan dan mencari apa yang mereka sebut kebahagiaannya.
Mereka tak sadar ada orang yang begitu membutuhkan telinganya sebentar saja.
Hanya telinganya!.

Friday, April 11, 2008

Perang Puputan.

Hari ini jiwaku bergolak, semangatku meluap.
Aku sedikit mengerti diriku dan akan terus kucari tahu.
Hari ini aku merasa begitu bulat.
Hari ini aku mengobarkan perang.

Telat Dandan.

Banyak orang berebut menjadi teladan
Melakukannya dengan berbagai macam jalan
Belajar sepenuh hati dengan semangat yang tak pernah padam
Bekerja keras memanfaatkan semua kesempatan
Atau menghalalkan segala cara dan mengandalkan kekuatan
Bahkan tragisnya ada yang tetap ngotot walau dengan ilmu pas-pasan
Dan lebih parah lagi adalah yang menjual pengalaman,
merasa dirinya jagoan padahal yang terlihat hanyalah kebodohan

So, kalo ngerasa diri belum bener gak usah deh sok-sok ngajarin
orang biar dianggap jadi teladan.

Yang paling bahaya, selalu ancaman yang munculnya dari dalam.

Ketika sebuah kaum mulai muncul individu-individu munafik yang telah mengatasnamakan kebenaran hanya untuk memuaskan kepentingannya maka bersiaplah menerima kehancuran total.

Aku yang kebetulan dilahirkan dalam keluarga muslim yang setiap langkahku selalu didasarkan pada aturan-aturan religius tentang dosa dan pahala, semakin merasa bahwa agamaku ini telah begitu banyak orang munafik didalamnya.
Tak usah jauh mencarinya, karena telah begitu jelas terlihat kebusukan disana-sini.
Aku mungkin bukanlah muslim yang taat versi kyai atau ahli agama, tapi aku yakin sekali bahwa aku adalah muslim yang baik.

Dalam perjalananku aku pernah menjadi muslim yang sangat taat. Tapi bersamaan dengan itu juga aku pernah berulang kali kehilangan kepercayaan atas agamaku sendiri.
Tak terhitung banyaknya orang yang telah kehilangan kepercayaan atas agama ini, agama yang mungkin mereka anut karena orang tua. Mereka menjadi semakin terlalu rasional, mereka mulai mencibir tentang kepalsuan didalamnya, mereka sudah tak mau lagi peduli bahwa agama akan memberikan kebahagiaan kepada mereka.
Tapi aku tetap bertahan, aku tetap sangat-sangat mencintai agama ini. Agama yang telah membawa berjuta orang merasakan kebahagiaannya. Aku ingin menjaganya yang tentu saja dengan caraku. Aku sangat percaya, agama ini sebenarnya adalah agama yang indah seperti layaknya agama lain.
Ada kesejukan didalamnya.

Aku cuma mengutuk orang-orang bodoh dan munafik yang perlahan-lahan membusukkannya!

Smile,..everybody.

Apapun yang terjadi, senyuman itu tidak boleh hilang.
Betapapun sakitnya jangan kunci mulutmu
Saat kesepian melengkapinya tetaplah bertahan
Jika kosong juga menyapa hibur sendiri hatimu
Jangan pernah kebencian menggantikan kepribadianmu
Seberat apapun itu lampiaskan dengan caramu
dengan akal sehat yang terus menyatu.

Tersenyumlah pada dunia.
Hari ini, besok, dan selamanya.

Apakah makna kebahagiaan bagimu?

Saat ini bagiku kebahagiaan adalah bisa memberikan dia
senyum setelah beribu tangis yang dialaminya.
Dan selalu menempatkannya diatas kesakitanku.

Lebih fokus, lebih baik.

Aku dilahirkan dari keluarga Jawa yang sejak dari kecil
diajarkan untuk selalu mendengarkan orang yang lebih tua.
Mungkin dengan alasan bahwa mereka adalah selalu benar
karena kaya akan pengalaman.
Perlahan-lahan umurku bertambah dan telah begitu banyak
omongan mereka yang masuk ke kupingku.
Sebagian ada yang aku percaya, tapi kebanyakan
adalah omong kosong yang terbukti tak ada isinya,
ini membuatku sadar bahwa mereka hanyalah
orang biasa yang kebetulan saja umurnya lebih tua.
Tidak ada lagi kelebihan lain.
Kalau begitu kenyataannya lalu dimana lagi aku harus belajar?
oh iya, khan masih banyak wanita lebih dewasa di luar sana
yang pengalaman hidupnya terlalu asyik untuk dilewatkan.
Mungkin aku cukup fokus disitu saja sehingga saat aku
sudah cukup tua bagi orang lain maka aku
tidaklah menjadi orang yang sia-sia.

Thursday, April 10, 2008

Selalu ada dua

Dalam diri manusia selalu ada pertentangan dalam dirinya.
Saat dia memutuskan sesuatu atau saat tenggelam dalam kebingungan.
Kadang kala satu muncul dan satunya lagi bersembunyi
Ketika salah satu menjadi begitu dominan, menguasai
semua indera maka manusia menjadi labil,
dia kehilangan keseimbangan.
Sehingga dia hanya mampu melihat dari satu sisi saja.
Inilah awal dari segala bencana.

Dunia Omong Kosong.

Banyak filsuf menceritakan tentang bagaimana untuk
bisa menjadi baik dan mendapat kebahagiaan di dunia ini,
berbagai teori dan quote berserakan menunggu
untuk diambil sebagai pegangan.
Agama dan hukum bahkan jelas-jelas mengaturnya
dalam bab per bab, bahkan orang-orang bodoh dan munafik
tidak tinggal diam; mereka berebut menciptakan pedoman
omong kosong berharap agar diikuti.
Tapi apakah benar akan semudah itu, bullshit!
Ini dunia yang tidak ideal bung, hidup bukan hanya lurus dan satu jalan.

Dan bagiku hanya ada satu cara yang mutlak: Kontrol!.

Kecoa

Aku menyesal sekali telah membiarkannya.
Kenapa dulu tidak kuturuti saja kata hati
untuk membunuhnya seketika
Atau minimal membuatnya menderita,
entah kusobek sayapnya atau kutusuk matanya.
Biar dia tahu rasa!.
Biar dia sadar bahwa dia hanyalah binatang busuk
pengecut yang tidak pantas hidup di muka bumi.

Seperti apakah beban kamu?

Boleh saja kamu menjawab bahwa mengangkat air galon
ke atas dispenser adalah beban berat yang musti dialihkan kepada orang lain.
Atau mungkin kamu juga bisa menjawab bahwa terus menerus disakiti,
dicampakan bagai seonggok barang yang tak berguna,
dihajar berkali-kali saat mengandung,
itu adalah sebuah beban yang harus ditanggung sendirian.

Karena jalan orang itu berbeda, ada yang terus menerus
nyaman dalam dekapan hangat tapi ada juga yang harus jatuh
bangun sambil sesekali menyalahkan Tuhan dan kehidupan.
Tapi aku selalu percaya bahwa semua beban itu bisa diselesaikan.
Cukup berikan ruang pada perasaan dan biarkan insting dasar kita yang bicara.