Saturday, September 27, 2008

Seri 1.

Tantra menelan ludahnya sendiri, lidahnya kelu. Ada banyak makian yang tertahan dimulutnya, dia sangat geram karena tak mampu berbuat apapun. Di depan matanya dia melihat sendiri bagaimana puluhan tentara itu bertindak begitu kejam menyiksa seorang pedagang yang kini hanya mampu merintih menahan luka-luka di tubuhnya. Hampir setengah jam dia hanya mampu berdiri tertegun di tempatnya, sementara sepatu boots tentara-tentara itu bergantian menghajar wajah si pedagang. Tanpa sedikitpun rasa belas kasihan mereka melakukannya. Penyiksaaan ini terus berlangsung di depan ratusan orang yang menyemut di pasar malam ini, dan semuanya hanya diam dan seolah tutup mata atas kejadian ini.

“Kenapa ini harus terjadi?” pikir Tantra. Hanya gara-gara sebuah jeruk yang hanya seharga 1 kepeng maka nyawa menjadi taruhannya. Nasib pedagang itu memang sial hari ini, dia tak akan mengira kalau peruntungannya untuk berdagang di pasar malam kali ini akan menjadi mimpi buruk yang tak akan pernah bisa dia lupakan seumur hidupnya. Hanya karena dia menolak memberikan jeruk dagangannya ke salah seorang tentara yang sedang mabuk maka dia harus babak belur bahkan mungkin cacat. Para tentara Belanda itu memang kurang ajar, merasa merekalah yang paling berkuasa maka mampu berbuat apa saja terhadap rakyat kecil, bahkan bisa bermain-main dengan nyawanya. Bahkan kalaupun saat itu para tentara itu membunuh si pedagangpun tak akan terjadi apa-apa, karena nasib si pedagang pribumi tak masuk dalam hitung-hitungan hukum di negara ini.

Negara yang harusnya besar dan membuat penduduk aslinya hidup sejahtera malah keadaannya sungguh terbalik. Bangsa Jawa menjadi budak di tanahnya sendiri, mereka mengolah tanah dan kekayaan negerinya hanya untuk memberi makan segelintir orang Eropa berkulit putih yang unggul karena persenjataan lengkapnya. Sekelompok minoritas yang datang dari seberang lautan antah berantah itu bisa tidur dan makan kenyang di atas tanah yang seharusnya bukan menjadi miliknya, sementara sang pemilik asli harus tidur dengan perut kosong di depan kebun-kebun subur yang hasilnya sama sekali tidak bisa mereka nikmati. “Ironis sungguh ironis, menyedihkan sekali nasib orang Jawa sekarang ini” kata-kata itulah yang terus terngiang di kepala Tantra.

Langkah Tantra gontai, dia tak berniat lagi untuk bertemu dengan Siwi pacarnya untuk menikmati pasar malam kali ini. Dia bahkan tak mempedulikannya lagi, pasar malam ini bagaikan siksaan yang terus menerus menusuk hatinya. Perih dan sakit sekali dia merasakan, ketika melihat sekilas gedung-gedung besar di sepanjang jalan dekat pasar Gede yang menjadi pusat keramaian malam ini. Tantra merasa pasar malam ini bukan untuknya, penduduk pribumi seperti dia tak pantas untuk menikmati hiburan seperti ini. Dia bergegas berbalik arah menuju regol kraton untuk kembali ke rumahnya, biarlah besok saja bertemu dengan Siwi dan menceritakan semuanya. Dia tak tahan, tubuhnya seperti habis jatuh dari kuda, remuk dan babak belur. Matanya sembab, kepalanya berat oleh berbagai pikiran yang tak menentu. Tak tahu harus berbuat apalagi, dia hanya ingin segera pulang ke rumahnya dan memejamkan mata, melupakan kejadian tragis yang terjadi.

Wednesday, September 24, 2008

Dahulu kerajaan-kerajaan pada masa Jawa Kuno pernah menjadi besar karena berani mengembangkan potensi laut yang dimilikinya. Penduduk pada masalalu melihat laut adalah sebuah hal yang musti ditaklukan bukan malah menjadi batas yang menghalangi. Mereka menjelajah dari satu pulau ke pulau lainnya, melakukan komunikasi dengan berbagai bangsa yang berbeda dan menjalin hubungan; baik perdagangan maupun pertukaran pengetahuan. Dari sinilah maka pada masa itu, peradaban berkembang maju dengan sangat pesat karena mental untuk selalu merasa tak puas dengan keadaan yang dimilikinya. Walaupun tanahnya subur, ini tak menyurutkan mereka untuk berkelana menjelajahi berbagai daerah baru.

Dan masa pun berubah, kekayaan tanahnya yang berlimpah ruah lalu mulai melenakan. Penduduk mulai cenderung untuk mengolah apa yang ada di depannya saja. Pemimpin-pemimpin kerajaan yang menguasai Jawa lalu mengubah orientasinya menjadi agraris, mengolah sumber daya tanah yang ada, dan menggantungkan hidup pada pertanian. Mereka lupa untuk mengembangkan potensi lautnya karena merasa tanah sudah cukup untuk mereka bisa hidup. Inilah masa statik dari peradaban Jawa, karena seolah terisolasi dengan dunia luar, mereka berkembang dengan sangat pelan karena tidak adanya interaksi dengan bangsa lain.

Jawa mulai tertinggal banyak hal, pengetahuan baru tak berhasil diketahuinya. Bahkan penduduk mulai mengeramatkan lautan sebagai suatu yang mengerikan bahkan akhir dari dunia. Penduduk Jawa mulai merasa ketergantungan dengan tanah mereka yang subur sehingga akibatnya mereka tertinggal beberapa langkah dibelakang dibandingkan dunia di seberang lautan yang terus berkembang maju karena memanfaatkan potensi lautnya dengan sangat baik.

Monday, September 22, 2008

Aku hidup diantara pepohonan bunga matahari yang daunnya melambai-lambai.
Serumpun pohon bambu bergemerisik terkena angin yang berhembus kencang
Aku bisa merasakan hujan yang turun, anginnya, percikan-percikan airnya, dan harum baunya setelah reda
Saat sore hari bisa kulihat matahari turun diantara atap-atap rumah.
Dan pada malam hari akan aku lihat percikan kembang api yang berpendar seiring suara letusannya
Ini adalah tempat untuk bercerita,
ini adalah tempat untuk beristirahat,
inilah tempat tinggi yang akan membuatku semakin tinggi
dimana aku menemukan dunia lain yang begitu luas untuk dijelajahi

Bang, bang! Shoot me in the head.

Coffee & TV

Kalau tidak berlangganan televisi kabel, mending matikan saja televisinya.
Jangan pernah sekali-kali berusaha memaksa untuk menontonnya.
Lebih baik kita keluar sore hari ini untuk sekedar duduk di kafe dan menikmati secangkir kopi hangat.
Kita bisa berbicara banyak hal atau diam terpaku dalam bacaan masing-masing.

Dwarka

Kisah Mahabarata sebagai sebuah epic terbesar yang pernah ada menyimpan suatu kisah yang begitu menakjubkan. Perjuangan hidup manusia dalam pencarian kebahagiaan hakikinya. Bagi umat Hindu, Mahabarata ini seperti sebuah kisah suci yang menjadi pegangan untuk bersikap dan bertingkah laku.

Banyak orang berpikiran bahwa Mahabarata ini adalah sebuah mitos atau sekedar dongeng semata, tapi ada sebagian orang juga yang menganggapnya ini adalah kisah yang terjadi pada masa lalu dan diabadikan melalui syair-syair pujian.

Bolehlah kita tetap memandang bahwa epos yang merupakan kumpulan dari beribu-ribu syair ini adalah hanya simbolisasi tentang perjuangan kebaikan melawan kejahatan, menjadi representasi dari nafsu di diri manusia. Bahkan perang Baratayudha adalah hanya penggambaran bagaimana peperangan besar antara kebaikan dan kejahatan itu terjadi. Dan bagaimana akhirnya kebaikanlah yang menjadi pemenang dalam perang besar di Kurusetra ini.

Beruntunglah di dunia ini masih banyak orang-orang penasaran dan tak puas akan sesuatu sehingga mereka terus mencari tahu tentang apa saja. Dan, kisah Mahabarata ini pun terlalu menarik untuk dibiarkan hanya menjadi suatu kisah dongeng semata.

Tersebutlah Dwarka sebuah kota tua di bagian Gujarat, India yang berhasil menarik perhatian untuk bisa mengungkap hubungan antara Mahabarata sebagai dongeng dengan kenyataan. Disini bisa kita temukan begitu banyak peninggalan-peninggalan bersejarah berupa kuil-kuil Hindu yang bertebaran dengan arsitekturnya yang mengagumkan, ini membuktikan bahwa kota ini telah tersentuh peradaban yang maju pada masa lalu. Kebudayaan dan kebiasaan orang-orang dalam beraktifitas ataupun dalam merayakan hari-hari besar terlihat begitu sama seperti digambarkan dalam kisah Mahabarata mengenai kebiasaan rakyat di kerajaan Dwarati dengan rajanya yang agung yaitu Khrisna.

Dalam satu kisah di Mahabarata, ada satu kutipan perkataan dari Arjuna mengenai hancurnya kerajaan Dwarawati sepeninggal Krishna. Arjuna menyebutkan bahwa kerajaan besar Dwarawati hilang begitu saja karena tak kuasa melawan kehendak alam. Gedung-gedung tingginya tenggelam oleh lautan, dan hilang dari keberadaannya.

Kutipan Arjuna ini menjadi pegangan untuk menyelidiki keadaan laut disekitar Dwarka, dan ditemukanlah suatu situs kuno yang dahulu kala adalah sebuah kota, di bawah laut Dwarka ditemukan banyak pondasi-pondasi kokoh dari bangunan besar. Tak hanya itu, ditemukan juga artefak-artefak kuno yang sesuai dengan penggambaran dari kisah Mahabarata.

Ini menjadi bukti bahwa ternyata kisah Mahabarata adalah bukan hanya dongeng semata, tapi sebuah rekaman mengenai peristiwa besar yang benar-benar terjadi pada umat manusia ribuan tahun yang lalu.

Aku tak ingin menjadi malaikat
karena sepertinya membosankan,
untuk apa hidup tanpa nafsu dan kesalahan.

Aku juga tak ingin menjadi pahlawan,
karena menurutku ini terlalu berat
tak mungkin sanggup aku menanggungnya

Aku hanya ingin menjadi manusia saja
yang harus tertatih-tatih untuk membangun mimpi
Musti jatuh bangun untuk berjalan
dan mewujudkan keinginan
Harus babak belur diterpa berbagai godaan
Dihujat dan dipuji, disayang dan disakiti,
dihargai dan dimaki
Menjadi manusia banyak petualangannya,
itulah serunya.

Friday, September 19, 2008

Ramalan Jayabaya - 3.

Lajeng angguru sayekti
Sang-a Prabu Jayabaya
Mring Sang raja pandhitane
Rasane Kitab Musarar
Wus tunumlak sadaya
Lan enget wewangenipun
Yen kantun nitis ping tiga
Yen wis anitis ping tiga

Nuli ana jaman maning
Liyane panggaweningwang
Apan uwus den wangeni
Mring pandhita ing nguni

Tan kena gingsir ing besuk
Apan Maolana Ngali
Jaman catur semune segara asat

Mapan iku ing Jenggala
Lawan iya ing Kediri Ing Singasari Ngurawan
Patang ratu iku maksih
Bubuhan ingsun kaki
Mapan ta durung kaliru

El Tigre

Senang sekali mengetahui kalau ditemukan lagi suatu bukti peradaban besar yang ada di muka bumi pada masa lalu.

Great Pyramid of Giza selama ini telah menguak berbagai misteri tentang peradaban besar pada masa lalu, banyak polemik terjadi menyangkut keberadaan monument ini, dan sampai sekarang para ahli masih sibuk menguak misteri yang menyelimutinya. Berbagai pertanyaan masih belum bisa terjawab berkaitan dengan pyramid ini.

Dan inilah saatnya kembali para peneliti sejarah harus bersiap menghela nafas, karena baru-baru ini diketemukan sebuah bukit besar di pedalaman Guatemala yang tertutupi hutan lebat. Di bukit ini para ahli menemukan tanda-tanda tentang sebuah pyramid super besar yang mengalahkan semua pyramid yang ada sekarang ini.

Dunia abad 21, sambutlah pyramid besar El Tigre, semoga ini akan menguak lagi misteri tentang kehidupan di muka bumi ini.

Tuesday, September 16, 2008

Televisi kita.

Mumpung masih pertengahan ramadhan, lihatlah sekilas televisi kita yang terus menerus dibombardir oleh iklan dan tayangan yang seolah-oleh berbau ramadhan. Coba perhatikan ada apa disitu?

Semua seolah seragam, mengetengahkan penggambaran tentang keluarga Indonesia yang begitu harmonis, sepasang suami istri dengan anak-anaknya yang soleh dan solekhah, tampil dengan sangat baik berpakaian muslim yang rapi. Mereka terlihat begitu bahagia saat melakukan aktifitas sahur ataupun berbuka. Seperti tidak ada masalah yang melanda, semua terlihat baik-baik saja. Mereka tersenyum dan saling rukun antara satu sama lainnya.

Apakah benar ini aspirasi keluarga Indonesia, ataukah hanya semata-mata suatu ilusi semu untuk memberikan hiburan terhadap khalayak pemirsa di negeri ini yang merindukan suatu bentuk keluarga ideal yang bisa menjadi contoh. Entahlah.

Dari sudut pandang subyektif, aku bosan dengan penggambaran seperti ini. Apakah tak ada lagi penggambaran lain yang lebih nyata untuk memotret seperti apa keluarga Indonesia yang sebenar-benarnya. Menampilkan secara riil suatu individu dengan lingkungannya yang bisa jadi inspirasi oleh banyak orang. Individu yang dinamis diantara semua masalah yang terus bertubi-tubi datang, bagaimana dia bisa bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya. Individu optimis yang berani menatap ke depan tidak melulu meratapi nasib dan mengutuk, menikmati kenyataan dengan rasa percaya diri.

Karena rakyat negeri ini musti pelan-pelan dilepaskan dari mimpi-mimpi semu yang membuai, rakyat negeri ini musti belajar untuk mengembangkan imajinasinya. Rakyat Indonesia musti dilepaskan dari kemanjaan yang selama ini telah membuatnya malas dan asyik sendiri menikmati khayalannya. Dan semestinya tayangan di televisi haruslah mendidik dan mampu menjadi suatu inspirasi untuk memacu semangat itu. Karena inilah media yang paling luas jangkauannya dan menjadi konsumsi oleh banyak orang. Saatnyalah televisi menjadi alat untuk menyampaikan pengetahuan dan pendidikan yang terbungkus dalam kemasan yang tentu saja tetap menghibur.

Sunday, September 14, 2008

Identitas budaya di tengah UU Pornografi

Dalam sebuah berita di sebuah stasiun Televisi Indonesia disebutkan bahwa UU Pornografi telah diputuskan dan akan segera diaplikasikan di berbagai daerah. Dan yang pertama kali mendapat gilirannya adalah tentu saja kota Jakarta yang akan digunakan sebagai percontohan. Ada satu kalimat menarik dalam berita itu yang telah menggangguku. Disebutkan bahwa ada salah satu poin dalam UU Pornografi yang ditetapkan itu mengatur tentang cara berbusana dari tentu saja wanita - salah satu yang menjadi pihak yang terasa begitu dirugikan dengan adanya UU ini-, disitu dibahas bahwa nantinya UU ini juga akan mengatur tentang busana wanita yang hubungannya dengan budaya Indonesia. Kalau berdasarkan UU ini berarti busana tersebut telah melanggar dan musti dirubah.

Aku tak habis pikir, ide darimana sebenarnya UU ini. Apakah tak ada ide jenius lain yang lebih berguna demi kemajuan negara ini. Marilah kita berpikir secara rasional, jika UU ini segera diberlakukan maka akan begitu banyak identitas budaya yang harus berubah demi semata-mata menuruti UU ini. Sedangkan Indonesia begitu kaya akan budaya menakjubkan yang telah turun temurun diupayakan agar tak hilang. Lihatlah Tari Srimpi, sebuah kekayaan budaya Jawa yang memiliki nilai sangat berarti bagi masyarakat. Apakah hanya karena banyak penarinya yang berpakaian sebatas dada maka Tari Srimpi ini harus punah. Bayangkan jika tiba-tiba nantinya para penari ini harus diganti busananya dengan yang berlengan panjang dan bergombor, apakah tidak hancur kesenian ini. Tari ini sudah pasti akan kehilangan esensi keindahannya.
Ini baru satu contoh kebudayaan di Jawa, lihatlah Bali, Lombok, dsb- begitu banyak tarian yang menggunakan pakaian yang tak sesuai dengan UU ini. Apakah nantinya ini juga akan hilang.

Sungguh tak rela melihat negeri ini tak mau melihat kepada dirinya sendiri. Tak mau menjadikan kekayaan yang dimilikinya adalah asset yang begitu berharga. Terombang-ambing dalam ketidakyakinan dan lebih banyak melihat dari sudut pandang picik. Daripada sibuk memutuskan UU yang mempunyai potensi untuk menimbulkan tanda tanya, pertentangan, bahkan konflik yang bisa terjadi. Apakah para pengambil keputusan itu tidak berpikir pintar untuk mencoba mengembangkan sejarah dan kebudayaan yang dimiliki negeri ini, karena inilah potensi, inilah kekayaan luhur yang tidak dimiliki oleh negara lain. Menjadikan Indonesia dipandang oleh negara lain, sehingga rakyat Indonesia akan bisa berbangga terhadap dirinya sendiri, karena kebudayaan dan sejarah itu dekat sekali dengan mereka, kebudayaan dan sejarah itu milik mereka.

Saturday, September 13, 2008


I just don't want to die without a few scars.


-Fight Club, Chuck Palahniuk-

Aku kebingungan, tampaknya ada suatu ganjalan.
Lidah kelu, tak mampu menyampaikan sesuatu.
Jantung berdetak keras tiada berhenti.
Aliran darah, naik turun membuat asupan ke otak bergerak begitu cepat.
Aku kelimpungan, rasanya tak tenang.
Aku menghangat.

Ayam jago dan bebek

Seekor ayam jago bertarung dengan gagah mempertahankan harga dirinya. Dia bersimbah darah, seluruh wajah dan tubuhnya hancur dengan luka yang menganga. Walaupun lawannya terlihat tak seimbang dia tak peduli, satu-satunya yang dia pikirkan adalah bertarung dan bertarung. Sesekali dia terjatuh, kadang tersungkur di tanah berdebu, dan menggelepar. Tetapi sesaat dia juga sudah bangkit kembali, melompat dan mematuk. Terjangannya bagaikan jutaan energi yang tak pernah habis, bulu-bulunya bergidik, seiring kepulan debu yang berterbangan dia merangsek lawannya. Berharap meninggalkan luka dan mengecilkan nyali lawannya.

Pertarungan terus berlangsung, percikan darah segar berterbangan di udara lalu menempel di dinding dan tanah. Tak ada yang tahu kapan pertarungan ini akan berakhir.
Panik ataukah malah menganggap pertarungan ini adalah hiburan, sekumpulan bebek berteriak kwek kwek di pinggiran. Mereka bergerombol tak punya nyali, mereka hanya mampu meneriakan kwek kwek tiada henti.

Friday, September 12, 2008

Mari kita berjalan. Ayo semangat, jangan pernah mau menjadi pemalas.
Rintis segala sesuatunya dari sekarang.
Mari segera memulainya. :)
Yuk, yuk, yuk...

Thursday, September 11, 2008

Mempelajari sejarah semakin menenggelamkanku dalam berbagai hal-hal yang tidak terduga. Kisah yang tak kusangka tiba-tiba mengemuka dan menebarkan pesona kemisteriusannya, satu cerita berkaitan erat dengan cerita lainnya semua terangkai menjadi sebuah perjalanan yang mengagumkan. Kisah kejayaan masalalu ternyata berkaitan dengan kehancuran suatu era, kisah gemilangnya peradaban ternyata juga meninggalkan cerita lain kesedihan dan runtuhnya peradaban di sisi dunia yang lainnya.

Seperti membuka kotak Pandora usang yang penuh jelaga, ada kesulitan saat melakukannya. Tapi didalamnya terdapat begitu banyak kisah mengagumkan yang telah ikut mencetak seperti apa wajah dunia pada masa kini. Sejarah adalah cermin, sejarah adalah bukti perjalanan manusia.
Ibarat sebuah labyrinth yang rumit, maka untuk bisa menjelajahi arti sejarah juga diperlukan ketelitian dan semangat besar. Karena ini sangatlah tak mudah.
Banyaknya sumber yang tercerai berai dan hilangnya mata rantai telah membuat suatu era pada masa lalu kehilangan petunjuk untuk bisa diketahui seperti apa keberadaannya.

Masuklah ke perpustakaan nasional sebanyak apakah bukti sejarah tentang negeri kita yang tersimpan disitu, ternyata begitu sedikit. Kunjungilah museum-museum yang tergeletak tak terurus di belahan negeri ini, apakah bisa ditarik kesimpulan, jawabannya adalah tidak. Sejarah negeri ini penuh dengan misteri, siapapun hanya menelusuri dari sudut pandangnya tanpa adanya bukti cukup yang menguatkannya.

Maka fokuslah pada sejarah Jawa, dari masa Jawa kuno sampai pada masa sekarang ini. Sungguh tak mudah untuk menguraikannya, karena banyaknya sumber otentik yang hilang atau belum diketemukan. Bisakah kita membayangkan seperti apakah suasana kerajaan Jawa pada masa kejayaan Borobudur dan Prambanan, jawabannya adalah tidak tahu.
Siapakah Ajisaka, jawabannya adalah tak tahu.
Kapan sebenarnya wayang pertama kali dibuat, jawabannya pun sama yaitu tidak tahu.

Wednesday, September 10, 2008

Dengan membaca, maka aku semakin pintar.
Dengan menulis, maka aku semakin ahli.
Dengan berolahraga, maka aku segar.
Dengan bermain, maka aku senang sekali.
Dan itulah yang akan membuatku puas.

Dengan seluruh perasaan yang aku punya, aku mengucapkan selamat sahur untuk hari ini.

Aku hanya berlari-lari kecil memutari taman
Melompat-lompat di atas bebatuan
Memasuki terowongan, lalu turun di atas prosotan
Aku hanya ingin menendang-nendang angin,
meloncat-loncat menggapai pucuk dahan tanaman
Lalu aku beralih ke ayunan,
memainkannya kencang agar tubuhku bisa bergerak-gerak
Aku hanya ingin bersenang-senang,
memainkan perasaanku, menggerakan seluruh tubuhku
Karena aku tak terbiasa untuk berdiam,
aku butuh berenang mengarungi sungai-sungai
Saat aku capek, aku lalu akan merengek,
meminta handuk untuk mengeringkan rambutku

Tubuhku menghangat, seolah seluruh darah dalam tubuh bekerja dengan maksimal, mengalir melalui kapiler dan sendi-sendiku. Inilah aku yang terus bekerja keras untuk mengusir segala ketakutan tentang masa depan. Kekhawatiran itu perlu, tapi tak akan bisa menghentikanku.

Pikiran yang tenang adalah bukan hal yang membosankan, rutinitas adalah sebenarnya suatu aktifitas wajar. Duduk terdiam adalah proses berpikir bukan menjadi kekosongan yang membuat mati gaya, karena sebenarnya banyak yang bisa dilakukan.

Melongok ke kedewasaan adalah petualangan baru, bukannya suatu kepalsuan yang semu. Mulai memikul tanggung jawab bukannya malah kabur terbirit-birit bagai orang yang tak berguna.
Jika harus berhura-hura ada kalanya, tapi menolaknya pun tak apa.
Bisa bilang tidak pada hal-hal tertentu, jangan menjadi plin-plan karena musti tak enak hati. Memang susah menguatkan hati karena asalnya sendiri begitu lemahnya.
Untuk menghilangkan kebosanan isilah dengan berbagai aktifitas yang menyenangkan tapi tentu saja makna menyenangkannya sendiripun musti diubah sehingga mungkin hanya dengan membaca selembar majalah National Geographic maka sudah cukup mengisi kesepian yang kadang datang.
Ujung keinginan adalah tujuan utama.

Monday, September 08, 2008

Ah, tak pernah bisa berhenti memikirkannya. :)

Dug dug dug, inilah saatnya berbuka. Alhamdulillah.
Sahur-sahur, mari kita sahur.
Bukalah mata kita, apa yang hadir di depan mata; deretan badut-badut dan muka palsu sinetron yang habis-habisan mengekplorasi kemampuannya.
Ramadhan memang berkah bagi tayangan tak bermutu ini. Yang porsi pembodohannya sudah melebihi batas wajar bagi otak manusia.
Ampuuunnn, kenapa sih tayangan televisi Indonesia begitu parahnya.

Sunday, September 07, 2008

Wayang - Borobudur - Jayabaya - Negarakertagama - Jawa - Serat Centhini - Pangeran Diponegoro - VOC - Belanda.

Stop stop. Rewind!

Ah sepertinya aku harus memutar waktu, andaikan aku bisa. Andaikan aku mempunyai keahlian itu. Pasti akan kugunakan sekarang juga. Tapi sayangnya aku tak mempunyainya sama sekali sehingga aku hanya bisa bengong dan heran. Bahkan mulutkupun seperti tersekat. Kelu lidah ini.
Menyesal sekali, aku tak bisa lakukan apa-apa, menggerutu dan memaki dalam hati.
Duh, kenapa sih, kenapa ini harus terjadi?
Aku menyesal melihatnya, seorang gadis cantik yang sebenarnya bisa tampil memikat jika bisa menjaga kepribadiannya. Tapi sepertinya pengetahuan tentang manusia beradab tidak berhasil dia miliki…sehingga dengan mudahnya dia meludah di jalan.

Apakah benar negara sebesar ini tidak mempunyai sedikit uang untuk bisa membelikan cat baru.
Masa sih negara yang mempunyai begitu banyak kekayaan alam tidak bisa membiaya tenaga-tenaga professional yang benar-benar memiliki pengetahuan yang cukup.
Begitu sibukkah para pengambil keputusan di negara ini sehingga tidak sempat lagi memperhatikan kelestariannya.
Kasihan sekali museum dan bangunan bersejarah di negara ini yang terbiarkan terbengkalai dan lapuk sia-sia.
Padahal inilah sumber pengetahuan, inilah tempatnya kita berefleksi.
Tapi sebenarnya negara ini sangatlah mampu, tetapi memang belum ada saja yang sedikit peduli untuk bisa membuat museum menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan. Sedikit inovasi dan kesungguhan tentu saja berpengaruh besar agar bangunan bersejarah ini menjadi sebuah keindahan.
Lampu yang cukup, tak ada pengap dan bau, bangunan yang bersih dan terjaga, nyaman saat berlama-lama disana. Oh sungguh menarik jika museum di Indonesia bisa menjadi seperti itu.

Wayang Purwa adalah wayang yang menceritakan tentang kisah Ramayana dan Mahabarata, ini digunakan untuk membedakan dengan wayang yang menceritakan kisah-kisah lain. Tapi seperti halnya sejarah Indonesia lainnya yang banyak tertutup kabut misteri dan tidak tercatat dengan jelas, begitu jugalah yang terjadi dengan sejarah wayang, tidak diketahui dengan pasti kapan dan dimana awal mulanya wayang ini diciptakan.
Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa wayang purwa sudah ada sejak dari zaman jawa kuno yaitu pada rentangan waktu abad ke 8 sampai 10 Masehi. Ini berarti juga bersamaan dengan dibangunnya monument besar peradaban Jawa yaitu candi-candi megah Borobudur dan Prambanan. Kalau mau berimajinasi berarti sungguh maju peradaban Jawa pada masa itu, dimana berkembangnya arsitektur dan budaya yang begitu menakjubkan.

Pada masa awalnya wayang dipertontonkan sebagai ritual untuk menyembah Hyang atau Tuhan dan biasanya dipagelarkan pada saat masa tanam, masa panen, ruwatan, ataupun sebagai doa untuk menghindarkan dari marabahaya dari sini kemudian wayang mulai menjadi sebuah ritual yang penuh religius dan mistis. Bahkan sampai perkembanganya pada masa Majapahit, wayang menjadi sebuah ritus keramat yang menggambarkan tentang kebesaran dewa-dewa.
Tetapi seiring dengan itu, wayang juga menjelma menjadi sebuah tontonan dan hiburan yang sangat populer di masyarakat. Wayang kemudian menjadi sebuah media yang sangat efektif untuk menyatukan dan mempengaruhi orang. Dan, potensi inilah yang bisa dilihat oleh para penguasa. Mereka lalu berusaha menanamkan cerita dan bumbu-bumbu baru pada pakem wayang yang telah ada. Cerita yang mengagungkan raja bagaikan seorang dewa yang kekuasaannya mutlak dan penuh kisah heroisme telah diserapkan dalam cerita wayang yang digelar.
Bahkan saat Islam lalu datang dan menguasai Jawa, wayang benar-benar menjadi sebuah senjata syiar yang sangat ampuh. Para penyebar agama Islam menambahkan beberapa cerita dan unsur-unsur baru dalam cerita wayang tersebut.

Tetapi berbeda pada saat Belanda menguasai Jawa selama berabad-abad. Cerita wayang ini kemudian muncul sebagai sebuah ritual untuk tetap bisa mempertahankan keaslian orang Jawa dan menyatukan perasaan yang sama. Wayang muncul sebagai pemersatu orang Jawa yang senasib dan sepenanggungan. Sayangnya pada masa ini wayang tak muncul sebagai senjata yang ampuh untuk berjuang.
Tidak seperti saat era awal dan setelah kemerdekaan, dimana wayang kemudian juga diadaptasi untuk bisa menggugah rasa perjuangan rakyat Indonesia melawan Jepang dan Belanda.
Bahkan saat pemerintahan Soekarno, wayang sering sekali digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan penguasa pada rakyat. Ini terus bergembang pada masa Orde Baru dimana banyak sekali penyuluhan dan program pemerintah yang disampaikan dengan menggunakan media wayang ini.
Dan wayang terus berevolusi sampai sekarang.

Thursday, September 04, 2008

Bukan pendidikan, tapi keterampilanlah yang menyelamatkan kehidupan.

Coba lihatlah keterampilan yang kamu miliki, yang dirasa terus kau lakukan tanpa pernah terputus. Kembangkan secara maksimal karena mungkin potensi inilah yang bisa menyelamatkan hidupmu untuk hari ini, dan besok di masa depan.
Dengan memoles keterampilan secara terus menerus dan fokus maka perlahan itu akan menjadi semakin tajam dan bisa kau kembangkan sehingga bisa kau gunakan untuk menyelamatkan hidupmu.

Aku tak ingin berhenti bergerak, terus beraktifitas.
Waktu harus kumanfaatkan tak ada sedikitpun kubiarkan lenggang.
Aku tak ingin berhenti berpikir, biar otakku bisa terus terisi oleh bermacam-macam hal.
Mungkin aku sekarang perhitungan, karena aku tak ingin menyiakan waktu yang tersisa.
Dimana ku berhenti, harus ada sesuatu. Entah aku menerima masukan atau bisa menghasilkan.
Dengan begini, aku menjadi menghargai istirahat.
Dengan begini, maka aku bisa mengira-ngira kapasitasku.
Dengan begini, maka aku bisa terus berlari.
Dan ku tak ingin berhenti.
Kubiarkan semangatku menjadi sumbuku.

Tuesday, September 02, 2008

Aku ingin menjadi orang besar yang kekuasaannya mencapai lautan dan pegunungan. Aku ingin menjadi seorang yang kaya raya, yang hartanya bisa aku sisakan untuk berderma. Tapi aku tak mau menjadi seseorang yang hancur karena ketamakannya.

Tertatih-tatih Muhammad Yunus mencari dukungan untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpinya. Hatinya perih teriris melihat banyak saudara-saudaranya yang menghirup udara sama bersamanya harus hidup segan matipun tak mau. Seolah hidup mereka menjadi sia-sia karena harus terjerat kungkungan hutang yang menumpuk dan kapitalisme ekonomi yang tidak mendukung eksistensinya. Tidak ada pilihan bagi orang miskin Bangladesh untuk menyambung hidupnya, musti berhutang pada rentenir atau menggadaikan hidupnya pada bunga bank. Kehidupan yang serba sulit karena Bangladesh adalah salah satu negara termiskin di dunia menjadi penyebab banyak rakyatnya harus hidup tak layak dan tersia-sia.
Muhammad Yunus, merasakan penderitaan mereka. Dia yang terlahir di tanah yang sama merasa punya keharusan untuk bisa sedikit membantu mereka. Pendidikan tingginya dalam bidang ekonomi harus bisa dia manfaatkan agar tak hilang percuma. Mimpi besarnya harus dia wujudkan walau harus berhadapan dengan berbagai penghalang.
Dan, saat musibah besar menghantam Bangladesh yang seolah merenggut senyum dari sebagian besar rakyatnya, Muhammad Yunus merasa inilah momentumnya, dia harus segera melakukan sesuatu. Dan muncullah suatu ide jenius tentang konsep perbankan yang tidak memberatkan bagi peminjamnya, bank yang didirikan atas dasar solidaritas. Bank yang tetap bisa meraih keuntungan tanpa harus bertipu muslihat untuk bisa mendapatkan keuntungannya, itu karena inti dari bank ini adalah bisa membantu dan meringankan penderitaan orang lain. Bank ini adalah Grameen Bank, yang memang diperuntukkan untuk orang miskin dari kalangan manapun.
Dari yang didirikan Muhammad Yunus inilah, sedikit demi sedikit tercipta perubahan mendasar dari pembangunan perekonomian di Bangladesh. Grameen Bank telah menginspirasi Bank Dunia untuk menciptakan skema yang sama. Dan telah lebih dari 40 negara mengadopsi konsep Grameen Bank ini untuk diaplikasikan di negaranya.

Monday, September 01, 2008

Sesederhana apapun masakan yang kamu buat, tapi itu adalah hasil kerjamu. Kurang bumbu disana-sini atau bahkan minyak yang tak mau hilang itu tetap membuatmu bisa tersenyum. Karena kau yang memasaknya sendiri, kau yang memperhatikannya secara rinci. Mengira-ngira agar sesuai kebutuhan.
Makan buatan sendiri di sahur ini ditambah es milo, hmm not badlah.

Selamat datang di politik. Sambutlah dunia yang penuh tipu muslihat dan kawan adalah lawan. Inilah dunia yang penuh kuasa, karena politiklah yang mengatur semuanya. Siapa menang disini, dialah penguasa dari segalanya. Tertawalah pada dunia idealisme yang harus jatuh bangun mempertahankan pandangannya, tersudut dan tercampak sampai pada ujung tembok. Bernafas dengan megap-megap karena persediaan oksigennya terlalu terbatas.
Aku tak benci politik, aku sangat tahu politik adalah dunia yang menantang. Tapi aku sangat benci kepada para politikus yang tak mempunyai hati nurani. Sadarkah keputusannya adalah tentang hidup orang lain yang juga punya nyawa. Apakah mereka menyadari bahwa apa yang keluar dari mulutnya adalah tentang hak hajat orang banyak yang juga punya keinginan dan perasaan.
Andaikan ada yang tulus berpolitik yaitu yang mempunyai semangat untuk memperbaiki yang ada, melakukan perubahan untuk kesejahteraan orang banyak. Memegang kekuasaan adalah sebagai tanggung jawab besar yang musti dikerjakan secara hati-hati dan berusaha memberikan yang terbaik, maka aku akan berani menjadi yang terdepan untuk memujinya. Tapi mungkinkah itu ada?