Wednesday, July 23, 2008

Bintang-bintang malam ini bersinar terang,
Kemerlip diatas sana membentuk rasi bintang yang terlihat begitu tertata.
Diantara langit yang cerah, deretan bintang ini menghadirkan pemandangan yang tak terkirakan indahnya.
Malam ini aku memandangnya, entah kenapa hatiku begitu gembira
Seperti ada sesuatu perasaan yang masuk di antara relung hatiku membangkitkan sisi-sisi kesenanganku
Aku terus tersenyum, sepertinya aku menemukan sesuatu
Mungkinkah bintang-bintang itu telah menunjukkan tujuanku
Apakah kebingunganku telah terpecahkan
Apakah sudah ada jawaban dari semua pertanyaanku
Dan sudah saatnya aku menentukan jalanku
Entahlah,…tapi malam ini memang aku begitu senang
.

Monday, July 21, 2008

The Joker - Why so serious?

Untuk apa harus memikirkan tentang banyak hal, kenapa harus ada rencana. Jika semua bisa dikerjakan dengan tiba-tiba dan saat itu juga.
Tak perlu harus peduli pada apapun karena itulah letak kesenangan, itulah serunya. Dengan tak harus peduli maka dirimu bisa bebas melakukan segalanya. Persetan dengan aturan, lakukan yang kamu ingin lakukan, tak usah menjadi orang yang berbeda.
Kamu adalah kamu, tunjukkan siapa dirimu. Tak usah ragu dan malu, lakukan sesukamu.
Jangan biarkan apapun menghalangi untuk melakukan yang kamu suka, lebih baik sendiri daripada tidak sama sekali.
Mari bernyanyi tralala, agar hidup jangan terpaksa, mari berdendang tralili jadi kita bisa melangkahkan kaki dengan senang hati.
Tak usah berharap orang akan mengerti karena mungkin mereka tidak perlu harus mengerti, jangan pernah merasa dibatasi.
Jangan lakukan sesuatu yang memang tidak kamu suka, percayalah itu tak akan sempurna karena hanya setengah semangat yang kamu miliki, carilah kesenangan, lakukan dengan riang.
Apapun itu lakukan segera karena waktu juga cepat sekali bergerak. Kau harus berkejaran dengan kecepatannya, jangan sampai tertinggal karena hanya akan ada penyesalan disana.
Kumpulkan semua amunisi dan segeralah berlari, jika ada yang menghalangi segera singkirkan. Saat ada yang mencoba menjadi pahlawan atas dirimu segera binasakan, karena sebenarnya inilah musuh terbesar.

Saturday, July 19, 2008

Sinar matahari pagi menembus sela-sela jendela ku melewati lubang angin
Mataku terbuka saat kulihat sedikit cahaya
Memberikan semangat di dalam tubuh malas ini
Aku terbangun, dalam pagi yang sudah lama sekali tak kutemui
Seketika itu juga ingatanku tertuju pada satu, sesuatu yang menyenangkan
Satu yang membuatku bisa melangkah untuk selanjutnya membuka jendelaku
Memberikanku kekuatan baru untuk melihat pagi
Untuk menikmati segelas susu sebagai awal hari ini.

Sunday, July 13, 2008

Di balik batu Borobudur-3

Kuda yang melaju dengan cepat itu meninggalkan kepulan asap yang membumbung tinggi, seperti terburu-buru penunggang kuda itu tak mempedulikan kerumunan orang-orang yang memenuhi jalanan. Dia terus memacu kudanya itu melaju menembus padatnya jalanan dan baru terhenti ketika sampai di depan pintu gerbang menuju yang berdiri dengan kokoh. Gerbang itu perlahan terbuka setelah penunggang kuda itu meneriakan tanda kedatangannya, dibalik pintu 2 prajurit penjaga langsung memberi hormat kepadanya. Tanpa sedikitpun menoleh penunggang kuda tersebut kembali memacu kudanya dan melesat dengan cepat menuju istana melewati jalanan lurus yang penuh dengan kibaran panji dan umbul-umbul yang tertancap di sisi-sisinya, dengan para pendeta Budha yang datang silih berganti di jalanan untuk menuju persembahyangannya.
Tampak di sisi-sisi jalan terhampar lapangan rumput tempat dimana prajurit-prajurit baru sedang berlatih dengan penuh semangat memainkan tombak dan pedangnya.
Gajah telah menjadi makhluk jinak yang mengabdi dengan setia pada pawang-pawang yang terlatih.
Patung-patung Budha dengan berbagai bentuk tertata rapi diantara candi-candi kecil yang bersebaran di tengah lapangan. Kedamaian sangat terasa di dalam lingkungan ini.
Kuda itu lalu memelan ketika melewati jalanan dengan danau yang terhampar di sisi-sisinya, danau yang penuh dengan bunga lotus yang menebarkan wewangian di udara. Ketika sampai pada satu gapura yang penuh dengan ukiran-ukiran, lelaki penunggang kuda itupun turun dari kuda dan memberikan tali kekangnya pada satu prajurit yang berjaga agar dibawa ke istal yang memang letaknya tak jauh dari situ.
Lelaki itu menunduk hormat, dia bersujud pada patung Budha besar yang berada di ujung jalanan ini sebelum dia melanjutkan perjalanannya hanya dengan berjalan kaki menuju istana yang tampak begitu megah. Inilah istana yang menjadi puncak peradaban, terkenal sampai batas lautan, terdengar sampai puncak-puncak kesunyian. Istana penuh gelimang cahaya.
Istana yang berdiri ditengah tanah Jawa, tanahnya para Dewa.

Saturday, July 12, 2008

Jika kita menginginkan keindahan maka berharaplah dengan sepenuh hati
Jangan pernah biarkan ada ragu yang menganggu keinginanmu
Rasakan apa yang terjadi, perlahan semesta akan menunjukkan kekuatannya
Tanpa perlu kau lihat wujudnya
Perjuangkan dan nikmatilah

Di balik batu Borobudur-2

Anura tampak mengendap-endap, masih dengan baskom air ditangannya dia menunduk diantara bebatuan yang masih berbentuk bongkahan besar batu kali yang teronggok berserakan di tanah lapang.
Penuh sabar dia mencari setiap celah yang ditemui berharap menemukan saat lengahnya penjaga sehingga dia punya kesempatan untuk bisa melarikan diri dari siksaan yang dia terima satu tahun belakangan ini. Anura menghela nafas dalam-dalam ketika dilihatnya sepasang penjaga tiba-tiba lewat di depannya, reflek dia langsung menunduk dan menyelipkan dirinya diantara batu-batu besar.
Menit berlalu, akhirnya 2 penjaga itu lewat begitu saja tanpa menaruh curiga sedikitpun. Anura kembali mengumpulkan semangatnya yang tadi sempat menciut, bergegas dia menyelinap diantara bebatuan, tujuannya adalah jalanan kecil ditengah yang menghubungkan pulau kecil di tengah danau ini dengan hamparan tanah di seberangnya.
Tapi dia mengurungkan niatnya, ternyata jalan kecil itu penuh dengan penjaga yang berbaris dengan siap siaga. Kini tak ada jalan lain lagi, Anura mau tak mau harus menyeberangi danau di depannya. Tiba-tiba teriakan para penjaga mengagetkan dirinya, dan tanpa berpikir panjang diapun terjun ke danau itu dan berenang secepat mungkin, beberapa prajurit juga langsung terjun dan mengejarnya.
Kekuatan perempuan yang dimiliki Anura tampaknya memang tak bisa menandingi keperkasaan lelaki penjaga disitu. Tenaganya tak seberapa untuk melawan, Anura pun tertangkap tanpa ada perlawanan yang berarti.
Anura diseret bagai binatang yang tanpa daya, tubuhnya dihempas di tanah untuk tontonan orang-orang. Dia tak lagi berdaya bahkan untuk berteriak kesakitan, saat cambuk para penjaga mengoyak tubuh perempuannya. Para pekerja yang berada disitu hanya bisa tertegun dan menatap tanpa ada keberanian sama sekali, tak ada satupun yang mau menjadi pahlawan, lelaki dan perempuan seperti tak punya nyali, semua terdiam karena ketakutan mereka sendiri.
Anura tergeletak di tengah lapangan, tubuhnya nyaris telanjang karena baju sederhananya terkoyak-koyak tak berbentuk. Wajah cantik yang dia miliki seolah tersamarkan oleh darah segar dan debu, matanya nanar seolah tak ada lagi harapan untuk bisa hidup lebih lama lagi. Tiba-tiba bayangan-bayangan dalam mimpinya semalam kembali datang, seolah memberikan semangat baru pada dirinya, dengan tertatih dia mencoba bangkit tak mempedulikan sakit di tubuhnya. Anura berjalan di antara para pekerja lain yang hanya bisa memandangnya dengan iba, tujuannya adalah danau besar yang mengelilingi pulau ini, membasuh wajah dan tubuhnya dengan segarnya air danau.

Anura melupakan semua siksaan tadi, seolah tidak pernah terjadi apa-apa dia mengambil baskom dan mengisinya dengan air danau, dia mulai bekerja lagi. Mengisi gentong besar di pusat lapangan, memastikan airnya tak akan pernah habis karena gentong ini adalah sumber dari ratusan selang-selang yang mengalirkan air untuk membantu memecahkan batu-batu besar yang jumlahnya tak terhingga. Entah berapa kali dia harus mondar-mandir mengisi dengan baskomnya, ini tetap dia lakukan karena dia percaya pada mimpinya semalam tentang penyelamat yang akan datang sebentar lagi, ksatria yang akan mengubah sejarah. Mengembalikan mimpi dan harapan semua orang. Mengangkat kembali ajaran sang Budha pada puncak tertinggi. Dia sangat percaya bahwa penderitaan akan hilang, dan monumen maha agung ini akan menjadi legenda yang tak akan pernah hilang sampai kapanpun.

Friday, July 11, 2008

Aku berdiri disini, tenang di atas dua kakiku
Kubiarkan angin berhembus semilir mengibarkan ujung-ujung rambutku
Tak membuatku bergeser sedikitpun dari tempatku
Di puncak bukit inilah aku berdiri
Menapakan kakiku di antara rerumputan yang basah
Memandang deburan ombak yang terus bergantian menghantam karang
Melihat jauh ke lautan luas
Mataku tajam, penuh keinginan besar
Di sinilah aku membentuk mimpiku
Di bawah langit biru dan matahari yang bersinar
Aku menarik nafas
Wangi yang menenangkan sesekali kuhirup
Ku cium kedua telapak tanganku
Harum bunga lili ini tak akan kubiarkan hilang

Di balik batu Borobudur-1

Seperti diburu oleh sesuatu, Gatya berlari dengan sangat kencang menerobos rerimbunan rumput di depannya. Dia bahkan tak peduli lagi pada ternak gembalaanya yang berlarian tak karuan karena terkagetkan oleh tingkahnya, tujuannya hanya satu yaitu secepat mungkin sampai di desanya. Tetapi entah kenapa dia merasa kali ini jalan yang dia tempuh sangatlah jauh padahal sudah ratusan kali dia melewati jalanan ini untuk menggembalakan ternaknya.
Sungai Elo sudah berhasil dia seberangi, artinya hanya tinggal melewati pekuburan di depannya maka akan sampailah dia di desanya. Pikirannya tak karuan, dia ingin segera memperingatkan penduduk desa akan bahaya yang datang. Bahaya besar yang dia lihat saat menggembalakan ternaknya di padang rumput tadi. Langkah Gatya terhenti, matanya tajam memandang kepulan asap yang membumbung dari desanya, telinganya mendengar jeritan-jeritan manusia yang silih berganti. Dia terlambat, ternyata rombongan prajurit berkuda yang dilihatnya tadi lebih cepat darinya. Gatya tertunduk lemas, mukanya memperlihatkan ekpresi sedih dan kecewa.
Dengan langkah perlahan dia menyelinap diantara pepohonan yang mengelilingi desanya, peristiwa menyedihkan terjadi di depannya. Desa yang merupakan tanah tempat tinggalnya selama 18 tahun kini tak berbentuk lagi, deretan rumah yang terbuat dari jerami sederhana habis dilalap api dengan asap yang menyeramkan. Puluhan mayat orang tua dan anak kecil yang sangat dia kenal bergelimpangan di sudut-sudut jalan, tak dilihatnya teman-temannya, desa kecil ini kini tak lagi bertuan.
Gatya menangis, mulutnya berteriak dengan kencang, dia sangat menyesali keterlambatannya sehingga kini dia sendirian seperti ini. Dengan penuh kesedihan dia menuju rumahnya. Seperti rumah lainnya, rumahnya hanya bersisa bekas-bekas terbakarnya jerami. Tak ada satupun keluarganya dia temukan, di pojok rumah dilihatnya tubuh kakeknya tergeletak dengan mengenaskan, tampak luka robek akibat tombak terbekas di tubuhnya.
Gatya menggeram, matanya tajam. Hanya ada dendam disitu.

Serombongan prajurit berkuda dengan gagah melewati padang rumput yang terhampar hijau. Di belakang rombongan tampak puluhan orang berpakaian seadanya terikat berbaris, kesedihan dan terpaksa tergurat dari masing-masing mereka. Tak ada anak kecil dan orang tua, bekas luka-luka kecil tampak menggurat di tubuh mereka. Terus ke selatan mereka beriringan berjalan terus melewati padang rumput hijau yang teramat luas.
Dari atas bukit Gatya hanya mampu melihat dari kejauhan. Tangannya erat menggenggam tombak panjang pemberian ayahnya yang bahkan tak dia kenali wajahnya.

Wednesday, July 09, 2008

Tanggung jawab ada dalam nuranimu, tapi akan terasa sulit untuk menjaganya dengan sebenar-benarnya, ini musti dipelihara karena membuatmu bisa berbangga akan dirimu.

Seperti juga keinginan untuk terus mencoba hal-hal baru yang terus tumbuh saat kau melihat sesuatu yang berbeda, tanggung jawab itu juga akan terus tumbuh jika kamu memeliharanya.

Tanggung jawab itu tak perlu dipaksakan oleh apapun dan siapapun, karena tanggung jawab adalah keindahan yang muncul sendiri dari dalam hatimu.

Saat berjalan, perhatikan pandanganmu.

Berjalanlah dengan tegak dan kau akan melihat jalan di depanmu dengan jelas. Bisa mengira sejauh apa kakimu akan mampu melangkah menghadapi batu-batu kerikil yang berserakan disepanjang jalan. Dengan menjaga matamu untuk bisa melihat tujuan didepan maka kau akan juga bisa melihat lebatnya rerimbunan semak yang akan menghalangi jalanmu. Dengan begitulah maka kau juga akan tahu bagaimana untuk membersihkan semak-semak itu sehingga kau akan terus kuat berharap dalam perjalananmu ini.

Sesekali melihatlah keatas dan kau akan mendapati betapa ada langit yang maha luas terbentang tanpa batas. Inilah bukti bahwa diatas sana banyak yang lebih darimu, pengetahuan yang tak akan habis untuk kau ketahui. Bahwa ternyata kau adalah bukan siapa-siapa, kau hanyalah pengembara kecil yang tak berdaya, membuatmu sadar bahwa kesombongan tidaklah berguna.

Pastikan juga kau musti melihat kebawah, perhatikan tanah-tanah yang terjejak. Berlumpur dan terbentuk bekas kakimu. Sehingga kau akan bersyukur tentang kekuatanmu yang menuntunmu untuk bisa berdiri tegak seperti ini dan kau bisa terus berjalan untuk mencari tempat yang kering. Inilah yang bisa membangkitkan kepercayaan dirimu, bahwa kau telah mampu menjadi lebih dari hanya jejak kaki yang tertinggal di tanah.

Tuesday, July 08, 2008

Jangan hilangkan hati dan pikiran kita.

Sejak kita dilahirkan di bumi ini, telah ada pikiran dan hati yang ditanamkan, bersemayam di dalam kerutan daging dan tulang yang membentuk tubuh kita. Inilah yang membuat kita disebut sebagai makhluk sempurna.

Dalam perjalanannya, pikiran dan hati ini akan terisi secara pelan-pelan bersamaan juga dengan tubuh yang terus berkembang dan membesar. Waktulah yang membuktikannya.

Seiring dengan langkah kita, bertemulah kita dengan kenyataan, yang tentu saja masing-masing dari kita mendapatinya secara berbeda. Tapi apakah kenyataan itu juga akan sesuai dengan hati dan pikiran kita. Belum tentu!
Banyak dari kita akan merasa gamang dan gundah saat mencoba melihat dengan pikiran dan hati, begitu banyak pertanyaan yang tak bisa terjawab. Kita menemukan banyak sekali pengetahuan yang terasa begitu besar untuk bisa dimengerti. Inilah yang seringkali membuat hidup dalam kenyataan ini terasa tidak nyaman, karena seolah ini hanyalah sebuah permainan tebak pertanyaan dimana telah dibentuk agar kita tak akan pernah menemukan jawabannya.

Hati dan pikiran kita berontak, kita berusaha menolaknya. Ada yang menyerah kalah dengan lari secara pengecut dari kenyataan yang dihadapi, ada yang memilih untuk menghilangkan hati dan pikirannya karena merasa ini hanyalah beban untuk menjalani kenyataan ini.
Tetapi ada juga yang terus dan terus berusaha untuk menemukan jalan dimana bisa mencari keseimbangan antara hati dan pikiran yang dimilikinya tetapi tetap selaras dengan kenyataan yang dihadapi. Inilah pilihan yang tersulit, karena saat benar-benar memilihnya maka bersiaplah untuk menghadapi beratnya cobaan dan badai yang datang. Bersiaplah menjadi orang asing, bersiaplah menjadi sendiri.

Tetapi ini hanyalah fase dalam kehidupan, yang memang kita harus berjuang bersimbah darah untuk menemukan siapa diri kita sebenarnya. Membuat fondasi kaki agar tetap kuat melangkah dan membentuk apa tujuan kita sebenar-benarnya.
Dimana saat kita berhasil melewatinya maka sebaiknya segeralah menyiapkan pakaian terindah dan makanan terlezat karena kita akan sampai pada ujung pencarian kita. Sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang sama sekali berbeda. Saat inilah, kita bisa duduk tenang sambil menikmati kemenangan kita.