Monday, September 14, 2009


Selembar kertas putih kosong terbang melayang terbawa oleh angin yang terus berhembus, dia terombang-ambing menyerahkan seluruh hidupnya benar-benar kepada angin. Tak pernah sekalipun dia berniat untuk tinggal lama, mungkin kadang terserak di atap sebuah rumah, tersangkut. Disitulah hamparan kertasnya mulai terisi oleh goresan pena yang indah, mencatatnya dengan hati. Tapi angin terlalu besar, dan selamanya kertas adalah lembar rapuh yang tak punya tangan, kembali dia terbawa oleh angin menuju langit luas, di antara dingin dan panas terik, bersama rombongan burung yang sedang bermigrasi dan daun-daun kering yang sedang meranggas.
Dan kertas itu menangis, dirinya tak putih lagi, asap kotor dan air hujan kombinasi sempurna untuk membuatnya kusam. Kini dia terbang menuju dunia antah berantah.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home