Friday, October 31, 2008

Tahun ini hampir habis, dan aku yakin sekali tahun depan bakalan lebih seru daripada tahun ini.

Thursday, October 30, 2008

Ada perbincangan menghangat di sebuah kios rokok kecil antara dua orang perempuan paruh baya. Mengalir secara alami diantara bunyi bajaj dan kepulan debu dari timbunan galian yang teronggok di pinggir jalan tepat di depan kios tersebut.

“Gak masuk akal, kenapa tiap tahun selalu saja jalanan ini musti digali, padahal aspalnya tak sedikitpun rusak sama sekali!” Kata ibu yang berperawakan gemuk.

Memang tak masuk akal kenapa jalanan di depan kios ini yang kondisinya masih benar musti dirusak, sedangkan bagian jalan lain yang justru aspalnya berlubang dan mengganggu arus lalu lintas tak sedikitpun disentuh sama sekali.

“Kejar proyek. Kalau gak kayak gini gimana dapat duit coba?” ucap ibu satunya yang terus menerus merapikan posisi dasternya.

Hmm,..bahkan orang biasa pun akan mengerti ketotolan ini, sebuah proyek mengada-ada yang memang selalu datang pada akhir tahun dengan kedok memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat tetapi ternyata ujung-ujungnya adalah untuk menciptakan proyek siluman dengan harapan kucuran bantuan dana dari pemerintah yang akhirnya masuk ke kantong-kantong pribadi pihak yang terlibat proyek itu.

Rutin tiap tahun terjadi, tanpa ada jeda sama sekali, terus saja melenggang seolah tak ada orang yang peduli.

Kalau seperti ini terus menerus maka akan sampai kapan masyarakat akan bisa tenang untuk menikmati jalanan yang lancar dan mulus. Apakah selamanya bangsa Indonesia dipenuhi dengan orang-orang bermental tikus yang mendahulukan kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak, dan lebih menyedihkan lagi harus melakukannya dengan jalan kotor yang penuh manipulasi.

Chasing the aurora.

Kakiku yang sedari tadi bergerak amat kencang karena berlari tiba-tiba berhenti saat itu juga, aku goyah hampir kehilangan keseimbangan, beruntunglah jalanan yang ku tapaki tanahnya lumayan kering dibandingkan sekitarnya yang penuh dengan tumpukan salju yang memutih dan basah. Aku terdiam, ragu-ragu, bertanya-tanya sendiri apakah benar inilah jalan yang musti aku ambil. Kepalaku menunduk, tiba-tiba ada perasaan sedih di hati ini, sedih yang teramat-amat dalam. Akhirnya aku putuskan untuk berhenti sebentar di sini, di ujung jalan ini. Pandanganku menatap tumpukan salju sejauh mata memandang putih pucat dengan udara dingin kaku yang meliputi semuanya.

Aku tertegun, sebenarnya tak ada rasa lelah sama sekali tapi mengapa aku harus berhenti, sementara aku tahu sekali tujuanku masih jauh sekali di belahan dunia yang tak akan terlihat dengan mata. Ada yang mengganjal, ada yang membuatku tak tenang.

Cukup lama aku disini, udara sudah semakin dingin terasa menusuk pori-pori kulitku membuat bibirku bergetar. Tapi aku masih saja terdiam menerawang cahaya bergemerlapan di ujung langit yang menari-nari menunjukkan keindahannya, tak henti-hentinya menggodaku.

Hm aku tersenyum, bibirku tiba-tiba menghangat, pelan tapi pasti menyebar di seluruh sendi, bergerak memompa semangat padaku. Ah, tak ada yang perlu dikhawatirkan semua yang sudah terjadi biarlah terjadi, kesedihan hanyalah batu besar yang akan membebaniku untuk berjalan, dan aku tak mau ini menggangguku. Aku sudah jauh dan tak akan mungkin kembali ke jalan yang telah kulewati.

Ha ha, akhirnya aku bisa tertawa, aku sudah siap, tak ada yang perlu dirisaukan, salju dan udara dingin bukanlah halangan, itu adalah petualangan. Walau nanti aku harus tertatih mendaki ataupun harus terpuruk untuk menuruni tebing, aku tak takut, aku percaya.

Dan akhirnya, aku melanjutkan perjalananku meninggalkan tapak-tapak kaki yang berbekas di hamparan salju. Berlari cepat menuju aurora di ujung langit.

Monday, October 27, 2008

Kalau memang tidak tahu, mustinya harus cari tahu, bukan malah menyerah dan mengharap orang untuk mengerti ketidak tahuan ini.
Jangan berlindung dengan berbagai alibi yang menghibur diri, tidak tahu adalah tentang kebodohan, dan ini musti dihapuskan.
Memang pengalaman yang bisa membuat kita bisa memahami tentang banyak hal dalam kehidupan, karena dari situlah kita bisa belajar.
Jangan pernah menyerah untuk belajar, karena segala sesuatu butuh digali dan diusahakan. Tidak ada yang datang dari langit begitu saja.
Kebahagiaan harus diperjuangkan, karena masa sekarang ini sudah tidak ada lagi bidadari yang terus menerus menaruh makanan enak di piring kita setiap pagi tanpa kita ketahui.

Friday, October 24, 2008

Opening.

Sebagai seorang remaja, emosi Bagus Burhan sering tak terkendali, kadang tiba-tiba begitu bersemangat, tapi sesekali juga hilang sama sekali. Emosi inilah yang membuat segala sesuatu yang sedang dia kerjakan seringkali tergeletak tanpa pernah terselesaikan dengan tuntas. Inilah yang membuat dia merasa sangat frustasi, seolah tak pernah bisa menyelesaikan segala sesuatunya dengan benar. Ditambah dengan hatinya yang begitu perasa dan mudah terpengaruhi oleh kejadian di sekitarnya.

Dia seperti sendirian, seolah-olah dunia tidak pernah bisa mengerti dirinya, dia merasa bisa melakukan banyak hal tetapi harus berbenturan dengan keadaan dirinya yang begitu terbatas. Bayangan-bayangan ini kini semakin menyiksanya, membuat tidurnya tak pernah bisa nyenyak karena diganggu oleh berbagai macam pikiran aneh yang membabi buta terus menerus datang.

Beruntunglah dia memiliki Ki Tanudjaya yang begitu sabar menemani dan menjaga kemana dia pergi, dari embannya inilah Bagus Burhan bisa mengutarakan semua perasaannya. Ki Tanudjaya juga mengajarkan banyak hal kepada Bagus Burhan tentang kehidupan di dunia, ikatan perasaannya tak bisa terpisahkan karena Ki Tanudjaya telah mengasuh Bagus Burhan dari semenjak dia kecil sampai sebesar ini.

Dari Ki Tanudjaya jugalah Bagus Burhan mampu mengerti tentang bagaimana rakyat kecil bertahan hidup di bawah tekanan penguasa kerajaan dan juga pemerintah Belanda, yang telah membangkitkan semangat Bagus Burhan untuk bisa melakukan sesuatu yang besar kelak di kemudian hari semata untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya agar tak dipandang sebelah mata.

Ada suatu ungkapan yang sudah sangat umum di masyarakat bawah untuk mengatakan bahwa saat melakukan sesuatu tak usahlah buru-buru, tetaplah santai saat mengerjakannya. Ungkapan itu adalah “Belanda masih jauh”.

Entah siapa yang pertama kali menciptakan istilah itu, mungkin ini adalah ungkapan pada masa penjajahan yang muncul dari bangsa yang tertindas, untuk memberikan rasa nyaman dan buaian menenangkan saat menidurkan anaknya. Ungkapan yang memang muncul tanpa ada rasa semangat sama sekali, karena memang sudah tak berguna lagi.

Masa berlalu dan Belanda sudah angkat kaki dari negeri ini, tetapi istilah menyedihkan itu tak dibawanya pergi, masih dibiarkan bercokol di benak kebanyakan orang di bangsa ini. Walau tak lagi diancam moncong senapan, banyak orang masih setia menggunakan istilah ini di keseharian, entah untuk menghibur diri ataukah memang untuk menyebut tabiat bangsa ini yang memang pemalas.

Seiring kemajuan dan pengetahuan yang didapat, seharusnya istilah inipun bisa diserap agar berganti makna menjadi istilah yang memberi semangat, istilah yang bisa memacu bangsa ini untuk bisa meraih dan mengejar sesuatu yang berbeda di luar lautan sana.

Karena Belanda memang masih jauh, negara itu tak pernah pindah sekalipun secara geografis. Dari dulu sampai sekarang memang disitu tempatnya.

Jika hidup adalah sebuah kompetisi untuk mendapatkan sesuatu, maka aku adalah salah satu makhluk yang ikut berpacu di dalamnya. Bagaikan gelombang-gelombang air yang terus berkejaran untuk mengadu cepat menuju pantai, akulah salah satu gelombang itu yang harus bertahan hidup agar bisa tetap mencapai garis tanah dengan selamat.

Jika hidup layaknya kumpulan binatang di hutan Afrika, mungkin aku adalah salah satu dari binatang itu yang mengendus-ngendus pada malam hari dan memacu kaki pada siang hari. Aku bertahan hidup, aku mencari makan, dan aku berkembang biak.
Tapi, aku tak mau menjadi seekor heyna yang tanpa malu merebut hasil tangkapan singa, membokong mangsa dan merendahkan dirinya dengan mengais daging busuk yang tersisa.

Aku adalah kuda, yang terus berlari untuk mencari padang rumputku. Aku berkepala manusia yang harus berperilaku dengan dorongan otakku. Dan aku memasung busur, yang akan ku gunakan untuk meraih keinginanku.

Tuesday, October 21, 2008

Senang menyaksikan bagaimana manusia bisa bertahan hidup di alam yang benar-benar liar. Medan yang sama sekali baru dan belum pernah ditemui sebelumnya.

Bagaimana dia mampu menciptakan kreatifitasnya tanpa batas, memeras otaknya sampai pada titik yang benar-benar maksimal, menyeimbangkan dengan kekuatan fisik yang dimilikinya. Tangan, kaki, mata, dan semua indera benar-benar terasah, tanpa mengeluh tanpa pernah menyerah.

Dengan naluri mempertahankan kehidupannya, dia menyatu dengan alam, melihat binatang, rumput-rumput, bahkan bebatuan adalah sesuatu yang musti dimanfaatkan. Tapi ada ketelitian, hati-hati, dan disiplin untuk menahan diri yang begitu menakjubkan.

Ternyata saat manusia terdesak ada satu naluri bertahan hidup yang sangat kuat, dimana mampu menghadirkan suatu energi besar dari tubuh dan pikirannya.

Sunday, October 19, 2008

Coba hitung berapa kesalahan yang telah dilakukan selama kita hidup sampai sekarang ini. Tak akan mungkin kita dapat menghitungnya dalam rumusan angka, karena kesalahan yang telah kita lakukan bagaikan buih di lautan yang tak terkira banyaknya. Atau bahkan mungkin kita tak menyadari tentang kesalahan yang telah terjadi tersebut, karena kasat mata dan dilakukan tanpa sengaja.

Tapi, apakah kita tetap bersikukuh untuk tak menyadarinya?
Karena jika kita seperti itu, maka kita akan segera hancur berkeping-keping menyusul orang-orang gagal di belakang sana.
Dengan menyadari kesalahan dan mencoba untuk sekeras mungkin berbuat yang lebih baik maka kita akan terus bersama dalam barisan orang-orang yang memiliki masa depan, dan semestinya itulah yang kita tuju.

Saturday, October 18, 2008

Setiap hari ada saja keajaiban yang terjadi, mungkin memang tidak di depan mata kita, mungkin jauh di luar sana, atau bahkan mungkin begitu dekat tapi tak terlihat karena kecilnya. Inilah dunia kita, dunia tempat kita hidup dan berkarya, sungguh menakjubkan yang terjadi diatasnya.

Langit, tanah, air, udara, bahkan yang terjadi di lapisan kulit ari, semua menghadirkan suatu pengalaman yang begitu mengagumkan. Dan itu terjadi setiap hari, bahkan mungkin setiap detik. Hanya saja seringkali kita luput untuk memperhatikannya, seolah masabodoh dan tidak berusaha melihat bahwa kita dilingkupi oleh keindahan-keindahan yang terus terjadi.

Bagaimana bakteri berkembang biak, bagaimanakah proses awan saat menciptakan badai di Bermuda, bagaimana ikan paus sikat bertahan hidup, dan bagaimana aurora borealis tercipta, itu hanyalah sebagian kecil keajaiban-keajaiban yang terjadi di dunia ini.

Kita patut bersyukur bisa hidup di antara banyak keajaiban yang telah mewarnai perjalanan kita.

Thursday, October 16, 2008

Apakah arti sebuah hubungan jika satu sama lainnya saling mengancam, membuat satu ruang gerak yang sungguh terbatas sehingga membuat dua orang yang berada di dalamnya menjadi tak berdaya karena ikatan yang begitu kuat. Hubungan harusnya ada seperti saat menciptakan taman bunga yang indah dimana dua orang disitu mempunyai keinginan yang sama untuk terus menyiram bunga yang ada di dalamnya agar terus tumbuh dan berkembang suatu saat.
Tapi bersiaplah bahwa akan banyak kerikil-kerikil dalam taman itu, kecil namun tajam.

Hubungan adalah bisa membebaskan, memberi pengertian atas karakter dan sifat yang berbeda. Hubungan mustinya tak mengintimidasi.

Wednesday, October 15, 2008

Stupid wedding.

Apakah memang tak ada sedikitpun pikiran jernih saat mengambil keputusan, karena ini adalah sebuah langkah yang tak main-main. Ini menyangkut tentang beberapa orang, ini tentang perasaan wanita yang telah begitu tulus memberikan kesetiaannya dan mendampingi saat jatuh bangun. Ini adalah tentang nasib tiga anak yang masih tertatih untuk melihat dunia, dimana mereka akan belajar dari pengamatannya untuk selanjutnya mengambil keputusan tentang langkah hidupnya yang masih begitu jauh.
Bagiku ini sungguh tak masuk akal, apakah cinta membuat begitu bodoh ataukah karena otaknya memang sungguh-sungguh bebal karena terasuki nafsu kelaki-lakiannya yang tak bisa dia kontrol, ataukah memang garis darahnya memang seperti itu. Bodoh, bodoh, dan sungguh bodoh.

Ini satu lagi pelajaran buatku bahwa orang dewasa yang tak memiliki tanggung jawab itu sangat memuakkan. Penuh dengan ketololan yang menggunakan hidupnya yang nyaman, sok penuh pengalaman dan bergelimang kemapanan untuk berbuat seenaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain, mereka telah kehilangan kesibukan dan permainan yang menyenangkan sehingga beralih pada petualangan memalukan dengan wanita tanpa perlu melihat hatinya.

Perkawinan adalah tentang keindahan, tentang saling komunikasi, tentang bergandengan tangan, tentang pengertian, tentang memberikan inspirasi, tentang perjalanan jauh, tentang bermimpi bersama, tentang kesadaran, tentang tanggung jawab, dan lebih penting adalah tentang bagaimana menciptakan keturunan yang lebih baik dari orang tuanya.

Jika perkawinan adalah tentang mencari wanita umur 19 tahun dan dilandaskan atas kebohongan tentang pasangan hidupnya ini adalah namanya bencana.
Dan aku akan terpaksa datang dengan dilematis untuk mengucapkan selamat. Oh shit!, sungguh menyedihkan diriku.

Tuesday, October 14, 2008

Rumah seharusnya adalah tempat yang nyaman, dimana kita bisa beristirahat dengan tenang setelah seharian dunia luar seolah menyita pikiran dan batin kita.
Rumah adalah tempat dimana kita bisa saling berbagi dan bercerita tentang apa yang terjadi hari ini.

Rumah itulah tempat kita untuk bisa bermanja, menyampaikan segala kepenatan yang membuat kita tak lagi bisa berpikir jernih.
Disitu ada kehangatan, disitu tak ada kebosanan.

Berpetualanglah ke seluruh dunia, memasuki tempat-tempat baru yang tak terjamah manusia. Bikin rumah kita sendiri, karena bagaimanapun kita butuh tempat untuk pulang.
Sediakan sedikit ruang di rumah kita untuk tempat beribadah dan manfaatkan sudutnya sebagai tempat meja bar.

Cobalah keluar menuju jalanan pada siang hari, hitunglah mungkin sekitar jam 12 dan rasakan apa yang terjadi pada tubuh kita. Kulit kita bagaikan terpanggang oleh panasnya terik matahari yang seolah jaraknya begitu dekat dengan kepala. Berlarilah menuju tempat beratap dengan harapan ini sedikit mengurangi sengatan panasnya, apa yang kita dapat? Tak sedikitpun ini membantu, keringat tetap mengucur membasahi seluruh pori-pori di kulit kita. Hawa yang berkumpul, penuh dengan udara yang panasnya mempengaruhi indera-indera di tubuh sehingga tak lagi bisa bekerja dengan maksimal.

Panas matahari ini mempengaruhi struktur sel-sel di otak, merusak tatanan syaraf di perasaan. Inikah efek global warming secara langsung kepada kita.

"Greatness comes to those who take it."

"Don't despise a weak cub, it can appear the son of a tiger."


-Mongol

Sunday, October 12, 2008

Huuu,..pengen duduk nyante di coffeeshop sambil liatin kanal besar pas sore hari.

Tiba-tiba aku melihat sesuatu, cahaya yang berkerlipan. Hmm..apakah itu?, terlihat samar di mataku. Pelan-pelan mendekati, oh ternyata bukan cahaya itu, tapi aku yang bergerak pasti mendekatinya. Tanpa sadar ternyata aku bisa berjalan, padahal kemarin aku sempat ragu dan menyerah, aku tahu, inilah kekuatan sebenarnya, ternyata aku mampu. Terima kasih.
Kini cahaya itu semakin jelas, sinar terangnya sama sekali tak membuatku silau, warna-warnanya indah. Bisa ku pegang, bisa kurasakan, ternyata cahaya ini bisa ku miliki. Aku senang karena waktu telah bisa kulewati, tak kurasakan lagi lelah dan luka berdarah. Seperti biasa, aku tersenyum.

Ah, ternyata aku memang benar-benar sensitif. Menyebalkan!

Jika mimpi adalah sebuah hal yang tak mungkin maka berbicaralah dengan pelan di kupingku bahwa itu mungkin. Bisikkan dengan suara keyakinan, karena aku butuh kepastian. Ada banyak hal yang menggangguku, ada berbagai keinginan yang membuatku maju mundur, bimbang dan ragu-ragu.

Tuhan telah menciptakan berbagai keindahan yang dia bikin untuk kesenangan manusia, tapi banyak orang yang tak menyadari, mereka sibuk memaki dan mengeluh tentang yang dialaminya, dan aku tak ingin seperti itu karena aku ingin menjadi seorang manusia yang terbang melesat bagai sebuah anak panah yang dilepaskan dari busurnya, tak takut akan angin dan hujan yang sesekali datang. Maka suara hati, yakinkan aku, bikin aku menjadi seorang manusia utuh yang takkan takut akan dinding-dinding tebal yang menghalangi langkahku.

Biarkan aku terbangun, paksa aku untuk melangkah, karena aku telah lama tertidur.
Paksakan mataku melihat tentang cahaya di ujung lorong, jangan malah kegelapan disisi kananku membuatku malas dan menyerah, karena aku tak ingin seperti itu.

Friday, October 10, 2008

Aku baru menyadari ada dunia yang lebih luas, besar, dan tanpa batas.
Tak perlu risih karena bersenggolan, tak perlu takut bersinggungan dengan ego orang. Karena dunia ini hanya milik sendiri.
Ini adalah tempat dimana aku bisa berbuat sesukanya, melebarkan pikiran sampai ujung cakrawala bahkan mencapai pucuk langit yang tak terkira batasnya.
Aku bebas menari untuk mengekpresikan degup jantungku.
Berteriaklah sekencang-kencangnya sampai putus pita suarapun tak akan ada yang peduli.
Ini adalah kertas, ini adalah kanvas, bahkan inilah pensil, dan tinta.
Terserah apa yang mau kugambar atau kutuliskan.
Dunia kesendirian yang membutuhkan keberanian dan disiplin untuk melewatinya.
Petualangan barupun dimulai, memasuki babak baru yang lebih menantang.
Ini baru awal permainan, masih banyak lap yang musti kulewati.
Tapi harus ada keseimbangan karena aku juga tak mau tersesat.
Saat aku bosan aku harus tahu kapan untuk keluar
Mencoba beberapa game-game lain yang tentunya juga menyenangkan.
Aku hanya ingin bersenang-senang, karena inilah yang bisa membuatku bisa terus tersenyum.

Sunday, October 05, 2008

Senang untuk kembali ada disini
Di antara bunga matahari yang mulai merebak
Bulat kuningnya menatap matahari terbit
Anggun sekaligus berani
Tepat di depan pintuku dia berlagak
Tapi tak ada kesombongan disitu
Memandang tajam tanpa lupa menunduk
Keindahannya nyata, tanpa cela
Begitu saja tanpa perlu berwarna-warna


Aku minta maaf, sungguh minta maaf.