Tuesday, February 24, 2009

Satu keputusan membuka langkah, satu langkah menuntun langkah berikutnya. Satu kata menjalin kata selanjutnya untuk menjadi sebuah kalimat. Satu keinginan telah membukakan pintu untuk sesuatu yang baru. Ada energi disitu, energi yang aneh, yang mengalir deras tapi tenang, energi yang aku rasakan positif. Energi yang indah.

Jika dalam perjalanan hidupmu, tiba-tiba kamu menemukan kembali apa yang menjadi keinginan saat kamu kanak-kanak -suatu keinginan terpendam yang muncul dari sebuah buku tipis dan lusuh yang tidak sengaja kau temukan di rak buku ayahmu yang membuatmu memilih membacanya dan meninggalkan permainan bersama teman-temanmu-, apa yang akan kamu lakukan?
Jika Islam adalah tentang kekerasan maka itu bukanlah Islam.
Bumi terus berputar dan waktu berjalan menghabiskan sisa-sisa jaman. Peradaban yang ada di muka bumi terus berganti dengan peradaban baru, itulah perubahan. Suatu saat bangsa yang begitu besar akan jatuh tanpa meninggalkan sisa dan berganti dengan bangsa-bangsa kecil yang mungkin tidak pernah terdengar namanya. Akan selalu ada bintang baru yang melejit laksana meteor memecah langit, membukakan mata yang selama ini tertutup, membuat kagum dan tercengang.
Setiap perubahan membutuhkan martir-martir yang berani mati dalam kepercayaan yang mungkin tak bisa dicerna dengan nalar. Bagi sebagian orang martir-martir ini adalah penjahat yang harus dinista, tapi bagi sebagian lainnya ini adalah pahlawan yang sesungguhnya, yang tak gentar untuk menghilangkan nyawanya bagi sebentuk kepercayaan. Perubahan juga membutuhkan intelektual yang berjuang dengan pemikirannya, melakukan pembaharuan dengan kemampuan otaknya, berjuang dengan pena ataupun dengan pengetahuan yang benar-benar teruji.
Dalam setiap peradaban akan melahirkan manusia-manusia jenius yang akan menjadi teladan dan dipercaya oleh semua orang. Manusia-manusia yang bisa menyatukan kekuatan dirinya, manusia-manusia yang akan merubah dunia yang tentu saja menuju untuk lebih baik.

Friday, February 20, 2009

Apapun yang kita lakukan sekarang adalah untuk sesuatu di hari depan.
Maka berhati-hatilah.
Kadang kala kita berharap waktu tak akan pernah habis.
Saat bangun pada pagi hari kita berharap andaikan waktu lebih banyak lagi sehingga kita bisa bermalas-malasan dan tak perlu segera beranjak dari tempat tidur.
Saat kita bekerja dengan begitu banyak yang musti diselesaikan, saat itulah kita berharap masih ada waktu yang tersisa sehingga kita tak usah buru-buru mengerjakannya.
Dan….
Saat itulah waktu usai juga, malam menjelang, dan tubuh menuntut kita beristirahat untuk menormalkan kembali metabolisme.
Kita menyesal….karena tidak ada kesempatan untuk berbagi dengan orang terdekat. Kita kecewa….karena tak ada sedikit luang untuk bernafas dan merenung, membuat kesenangan pribadi.
Kita menyalahkan waktu, dan kita salah.
Waktu ada untuk kita kejar…waktu tak berubah.
Kitalah yang seharusnya berkompromi untuk membuat keseharian tak hanya jadi rutinitas, tetapi memanfaatkan setiap detiknya untuk mengejar ketertinggalan dan membaginya dengan orang lain.

Saat seseorang berpikir tentang dendam, maka dirinya hanya akan berubah menjadi sesosok bisu yang hidup dari kemarahan.
Saat seseorang berpikir tentang kesedihan, dirinya perlahan akan menjelma menjadi manusia rapuh yang hanya mampu bersandar pada tangisan.
Mereka lupa akan keindahan yang ada disekitarnya, karena mereka buta. Kuping dan matanya tertutup oleh kabut yang berwarna gelap, susah berjalan, meraba-raba dan akhirnya terjatuh terjungkal tak berdaya.
Dendam dan kesedihan akan selalu ada, itu tak perlu dicari dan diagungkan, dijadikan alasan tak mau berjalan. Berpikir berat, menjadi beban.
Dendam dan kesedihan seharusnya menjadi alasan untuk bisa berpikir ke depan, menghilangkannya perlahan. Memperbaiki yang ada.
Dan merubah dunia menjadi terang benderang seperti keindahan lampu kota.