Thursday, October 30, 2008

Ada perbincangan menghangat di sebuah kios rokok kecil antara dua orang perempuan paruh baya. Mengalir secara alami diantara bunyi bajaj dan kepulan debu dari timbunan galian yang teronggok di pinggir jalan tepat di depan kios tersebut.

“Gak masuk akal, kenapa tiap tahun selalu saja jalanan ini musti digali, padahal aspalnya tak sedikitpun rusak sama sekali!” Kata ibu yang berperawakan gemuk.

Memang tak masuk akal kenapa jalanan di depan kios ini yang kondisinya masih benar musti dirusak, sedangkan bagian jalan lain yang justru aspalnya berlubang dan mengganggu arus lalu lintas tak sedikitpun disentuh sama sekali.

“Kejar proyek. Kalau gak kayak gini gimana dapat duit coba?” ucap ibu satunya yang terus menerus merapikan posisi dasternya.

Hmm,..bahkan orang biasa pun akan mengerti ketotolan ini, sebuah proyek mengada-ada yang memang selalu datang pada akhir tahun dengan kedok memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat tetapi ternyata ujung-ujungnya adalah untuk menciptakan proyek siluman dengan harapan kucuran bantuan dana dari pemerintah yang akhirnya masuk ke kantong-kantong pribadi pihak yang terlibat proyek itu.

Rutin tiap tahun terjadi, tanpa ada jeda sama sekali, terus saja melenggang seolah tak ada orang yang peduli.

Kalau seperti ini terus menerus maka akan sampai kapan masyarakat akan bisa tenang untuk menikmati jalanan yang lancar dan mulus. Apakah selamanya bangsa Indonesia dipenuhi dengan orang-orang bermental tikus yang mendahulukan kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak, dan lebih menyedihkan lagi harus melakukannya dengan jalan kotor yang penuh manipulasi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home