Thursday, October 30, 2008

Chasing the aurora.

Kakiku yang sedari tadi bergerak amat kencang karena berlari tiba-tiba berhenti saat itu juga, aku goyah hampir kehilangan keseimbangan, beruntunglah jalanan yang ku tapaki tanahnya lumayan kering dibandingkan sekitarnya yang penuh dengan tumpukan salju yang memutih dan basah. Aku terdiam, ragu-ragu, bertanya-tanya sendiri apakah benar inilah jalan yang musti aku ambil. Kepalaku menunduk, tiba-tiba ada perasaan sedih di hati ini, sedih yang teramat-amat dalam. Akhirnya aku putuskan untuk berhenti sebentar di sini, di ujung jalan ini. Pandanganku menatap tumpukan salju sejauh mata memandang putih pucat dengan udara dingin kaku yang meliputi semuanya.

Aku tertegun, sebenarnya tak ada rasa lelah sama sekali tapi mengapa aku harus berhenti, sementara aku tahu sekali tujuanku masih jauh sekali di belahan dunia yang tak akan terlihat dengan mata. Ada yang mengganjal, ada yang membuatku tak tenang.

Cukup lama aku disini, udara sudah semakin dingin terasa menusuk pori-pori kulitku membuat bibirku bergetar. Tapi aku masih saja terdiam menerawang cahaya bergemerlapan di ujung langit yang menari-nari menunjukkan keindahannya, tak henti-hentinya menggodaku.

Hm aku tersenyum, bibirku tiba-tiba menghangat, pelan tapi pasti menyebar di seluruh sendi, bergerak memompa semangat padaku. Ah, tak ada yang perlu dikhawatirkan semua yang sudah terjadi biarlah terjadi, kesedihan hanyalah batu besar yang akan membebaniku untuk berjalan, dan aku tak mau ini menggangguku. Aku sudah jauh dan tak akan mungkin kembali ke jalan yang telah kulewati.

Ha ha, akhirnya aku bisa tertawa, aku sudah siap, tak ada yang perlu dirisaukan, salju dan udara dingin bukanlah halangan, itu adalah petualangan. Walau nanti aku harus tertatih mendaki ataupun harus terpuruk untuk menuruni tebing, aku tak takut, aku percaya.

Dan akhirnya, aku melanjutkan perjalananku meninggalkan tapak-tapak kaki yang berbekas di hamparan salju. Berlari cepat menuju aurora di ujung langit.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home