Sunday, July 13, 2008

Di balik batu Borobudur-3

Kuda yang melaju dengan cepat itu meninggalkan kepulan asap yang membumbung tinggi, seperti terburu-buru penunggang kuda itu tak mempedulikan kerumunan orang-orang yang memenuhi jalanan. Dia terus memacu kudanya itu melaju menembus padatnya jalanan dan baru terhenti ketika sampai di depan pintu gerbang menuju yang berdiri dengan kokoh. Gerbang itu perlahan terbuka setelah penunggang kuda itu meneriakan tanda kedatangannya, dibalik pintu 2 prajurit penjaga langsung memberi hormat kepadanya. Tanpa sedikitpun menoleh penunggang kuda tersebut kembali memacu kudanya dan melesat dengan cepat menuju istana melewati jalanan lurus yang penuh dengan kibaran panji dan umbul-umbul yang tertancap di sisi-sisinya, dengan para pendeta Budha yang datang silih berganti di jalanan untuk menuju persembahyangannya.
Tampak di sisi-sisi jalan terhampar lapangan rumput tempat dimana prajurit-prajurit baru sedang berlatih dengan penuh semangat memainkan tombak dan pedangnya.
Gajah telah menjadi makhluk jinak yang mengabdi dengan setia pada pawang-pawang yang terlatih.
Patung-patung Budha dengan berbagai bentuk tertata rapi diantara candi-candi kecil yang bersebaran di tengah lapangan. Kedamaian sangat terasa di dalam lingkungan ini.
Kuda itu lalu memelan ketika melewati jalanan dengan danau yang terhampar di sisi-sisinya, danau yang penuh dengan bunga lotus yang menebarkan wewangian di udara. Ketika sampai pada satu gapura yang penuh dengan ukiran-ukiran, lelaki penunggang kuda itupun turun dari kuda dan memberikan tali kekangnya pada satu prajurit yang berjaga agar dibawa ke istal yang memang letaknya tak jauh dari situ.
Lelaki itu menunduk hormat, dia bersujud pada patung Budha besar yang berada di ujung jalanan ini sebelum dia melanjutkan perjalanannya hanya dengan berjalan kaki menuju istana yang tampak begitu megah. Inilah istana yang menjadi puncak peradaban, terkenal sampai batas lautan, terdengar sampai puncak-puncak kesunyian. Istana penuh gelimang cahaya.
Istana yang berdiri ditengah tanah Jawa, tanahnya para Dewa.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home