Friday, April 25, 2008

Kaget,..

...itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanku ketika bangun pagi ini. Keadaan kamarku memang tetap sama, tapi yang mengagetkanku adalah kenapa ada sepasang pistol Colt M1911 di samping bantalku; barang yang sangat ingin aku miliki. Dengan gugup aku langsung membuka korden kamar untuk melihat matahari, mencoba meyakinkan diri bahwa aku ini sedang bermimpi.
Tidak, keadaan diluar kamarku tidak ada yang berubah. Tapi ketika aku memperhatikan sekelilingku baru aku tersadar ternyata diluar sana begitu berbeda, tidak ada aktifitas seperti biasa, tidak ada deru bajaj, tidak ada lalu lalang orang beraktifitas. Sangat sepi suasana pagi ini. Yang kulihat hanyalah kepulan asap dari sisa-sisa bangunan yang terbakar dan berantakan.
Door! Tiba-tiba terdengar suara keras tembakan yang membuatku terkesiap dan secara insting menundukkan diri, ternyata ini sangat menolongku. Kurasakan deru angin peluru meluncur cepat di atas kepalaku dan mengenai tempat air yang terpasang tak jauh di belakangku, membuatnya hancur lebur.
Terburu-buru aku berlari menuju kamar dan bergegas mengganti pakaikanku dengan yang lebih pantas. Kuambil pistol tersebut, kulihat peluru sudah lengkap terisi di tempatnya.
Tanpa mempedulikan desingan peluru yang silih berganti lewat di atas kepalaku, aku berlari ke lantai bawah untuk mengambil kendaraanku. Namun apa yang aku lihat di tempat pakir membuat jantungku terasa copot, kulihat tumpukan mayat yang penuh dengan luka tembakan tergeletak berserakan disitu. Aku hanya tertegun melihat pemandangan itu dan kulihat tak jauh dari situ seorang yang bahkan tidak aku kenal tampak tersenyum, mukanya bengis dan dingin. Aku berpikir dialah pelakunya.

Sekarang dia melihatku, matanya tajam seperti tak ada belas kasihan. Dengan senyum mengejek dia menghampiriku, tangannya tampak menodongkan AK-47 ke arahku. Aku bergetar, kedua tanganku yang memegang pistol terasa begitu kaku, ketakutan menyelimuti seluruh nyaliku.
Aku mundur perlahan tapi dia tetap tak beranjak, ada keinginan membunuh kulihat dimatanya, dan tak salah lagi kini akulah sasarannya.
Entah ada kekuatan apa yang mendorongku, tanpa berpikir panjang tanganku langsung mengarahkan pistol ke dia dan menembakkannya. Aku tak merasa apapun, suara letusan itu begitu keras. Kulihat dia limbung ke belakang, ternyata peluru dari pistolku berhasil mengenainya.
Orang itu berteriak kesakitan, dadanya penuh darah. Dia terkapar tak berdaya. Saat aku hampiri dia terlihat meringis menahan sakit, wajahnya memelas mengharapkan iba dariku.
Kesadaranku sudah kembali, aku tersenyum melihat dia yang tampak begitu kesakitan karena luka tembaknya. Kuarahkan moncong pistolku ke kepalanya yang membuat dia semakin kelihatan ketakutan, teriakan belas kasihannya terdengar seperti nyanyian setan yang terasa begitu merdu di telingaku.

“Door”,…aku menirukan suara pistol. Dia terperanjat, matanya memerah sangat ketakutan. Dia mulai menangis saat kupermainkan nyawanya.
Aku sangat siap kali ini, mataku tak sedikitpun tertutup.
Dooor! Pistolku menyalak dengan keras, percikan api terlihat menyala di moncongnya. Ada beberapa percikan darah yang sempat mengenai mukaku tapi kebanyakan darah itu mengalir deras di lantai parkiran.
Aku lega dan cuma menggumam…”Inilah rasanya…”
Sepi,….hanya terdengar sayup-sayup suara tembakan silih berganti di luar sana.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home