Sunday, August 31, 2008

Disini taman kota hanyalah untuk para gembel dan tukang gorengan yang berjejer hingga menghilangkan rasa teduh dan nyaman.
Disini trotoar adalah tempat bermain bagi para begundal dan pengemis yang berharap bisa makan hari ini tanpa melakukan pekerjaan hasil tenaga-nya.
Jalan raya adalah tempat yang sesak dan ribut kalang kabut karena berjejal mobil-mobil mewah bersamaan dengan metromini dan bajaj butut yang harusnya sudah masuk laut menjadi sarang ikan dan cumi-cumi.
Udara yang sejuk cuma mimpi siang bolong karena asap tebal polusi sudah begitu akutnya meracuni atmosfer kota. Kasihan orang yang merintis menggunakan sepeda saat bekerja, mungkin usahanya itu akan berakhir sia-sia dan cuma menjadi buah bibir sejenak. Jalan kaki tak menjadi trend, karena berjalan sedikit saja seperti berjalan ribuan kilometer, penuh omelan dan gerutuan karena keringat yang lengket minta ampun.
Mau melihat copet dan pengamen yang berjaya, silahkan naik kereta disitulah gudang kesumpekan diantara penumpang yang berjubel. Bau dan penuh sampah kulit jeruk berserakan. Menyedihkan.
Inilah wajah ibukota Indonesia, yang muncul secara tiba-tiba tanpa perencanaan matang. Terpaksa menjadi kota metropolitan karena tuntutan kemajuan tanpa landasan yang benar-benar dipikirkan. Silahkan mencaci maki karena disini memang tepat untuk dicaci.
Tapi lebih baik mulailah berpikir bagaimana secara kecil menjadi bagian untuk menjadikan kota ini menjadi kota yang nyaman. Sedikit saja, tolong mulailah dengan membuang sampah pada tempatnya, menjadikan diri sendiri menjadi pribadi yang beradab diantara jutaan manusia lain yang tak punya hati nurani.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home