Seri 1.
Tantra menelan ludahnya sendiri, lidahnya kelu.
"however far you go, you will never find the boundaries of the soul" -Heraclitus-
Tantra menelan ludahnya sendiri, lidahnya kelu.
Dahulu kerajaan-kerajaan pada masa Jawa Kuno pernah menjadi besar karena berani mengembangkan potensi laut yang dimilikinya. Penduduk pada masalalu melihat laut adalah sebuah hal yang musti ditaklukan bukan malah menjadi batas yang menghalangi. Mereka menjelajah dari satu pulau ke pulau lainnya, melakukan komunikasi dengan berbagai bangsa yang berbeda dan menjalin hubungan; baik perdagangan maupun pertukaran pengetahuan. Dari sinilah maka pada masa itu, peradaban berkembang maju dengan sangat pesat karena mental untuk selalu merasa tak puas dengan keadaan yang dimilikinya. Walaupun tanahnya subur, ini tak menyurutkan mereka untuk berkelana menjelajahi berbagai daerah baru.
Kisah Mahabarata sebagai sebuah epic terbesar yang pernah ada menyimpan suatu kisah yang begitu menakjubkan. Perjuangan hidup manusia dalam pencarian kebahagiaan hakikinya. Bagi umat Hindu, Mahabarata ini seperti sebuah kisah suci yang menjadi pegangan untuk bersikap dan bertingkah laku.
Bolehlah kita tetap memandang bahwa epos yang merupakan kumpulan dari beribu-ribu syair ini adalah hanya simbolisasi tentang perjuangan kebaikan melawan kejahatan, menjadi representasi dari nafsu di diri manusia. Bahkan perang Baratayudha adalah hanya penggambaran bagaimana peperangan besar antara kebaikan dan kejahatan itu terjadi. Dan bagaimana akhirnya kebaikanlah yang menjadi pemenang dalam perang besar di Kurusetra ini.
Tersebutlah Dwarka sebuah
Dalam satu kisah di Mahabarata, ada satu kutipan perkataan dari Arjuna mengenai hancurnya kerajaan Dwarawati sepeninggal
Aku tak ingin menjadi malaikat
karena sepertinya membosankan,
untuk apa hidup tanpa nafsu dan kesalahan.
karena menurutku ini terlalu berat
tak mungkin sanggup aku menanggungnya
Aku hanya ingin menjadi manusia saja
yang harus tertatih-tatih untuk membangun mimpi
Musti jatuh bangun untuk berjalan
dan mewujudkan keinginan
Harus babak belur diterpa berbagai godaan
Dihujat dan dipuji, disayang dan disakiti,
dihargai dan dimaki
Menjadi manusia banyak petualangannya,
itulah serunya.
Lajeng angguru sayekti
Sang-a Prabu Jayabaya
Mring Sang raja pandhitane
Rasane Kitab Musarar
Wus tunumlak sadaya
Lan enget wewangenipun
Yen kantun nitis ping tiga
Yen
Nuli ana jaman maning
Liyane panggaweningwang
Apan uwus den wangeni
Mring pandhita ing nguni
Tan kena gingsir ing besuk
Apan Maolana Ngali
Jaman catur semune segara asat
Mapan iku ing Jenggala
Lawan iya ing Kediri Ing Singasari Ngurawan
Patang ratu iku maksih
Bubuhan ingsun kaki
Mapan ta durung kaliru
Senang sekali mengetahui kalau ditemukan lagi suatu bukti peradaban besar yang ada di muka bumi pada masa lalu.
Dan inilah saatnya kembali para peneliti sejarah harus bersiap menghela nafas, karena baru-baru ini diketemukan sebuah bukit besar di pedalaman
Mumpung masih pertengahan ramadhan, lihatlah sekilas televisi kita yang terus menerus dibombardir oleh iklan dan tayangan yang seolah-oleh berbau ramadhan. Coba perhatikan ada apa disitu?
Semua seolah seragam, mengetengahkan penggambaran tentang keluarga
Apakah benar ini aspirasi keluarga
Dalam sebuah berita di sebuah stasiun Televisi
Aku tak habis pikir, ide darimana sebenarnya UU ini. Apakah tak ada ide jenius lain yang lebih berguna demi kemajuan negara ini. Marilah kita berpikir secara rasional, jika UU ini segera diberlakukan maka akan begitu banyak identitas budaya yang harus berubah demi semata-mata menuruti UU ini. Sedangkan
Ini baru satu contoh kebudayaan di Jawa, lihatlah Bali,
Sungguh tak rela melihat negeri ini tak mau melihat kepada dirinya sendiri. Tak mau menjadikan kekayaan yang dimilikinya adalah asset yang begitu berharga. Terombang-ambing dalam ketidakyakinan dan lebih banyak melihat dari sudut pandang picik. Daripada sibuk memutuskan UU yang mempunyai potensi untuk menimbulkan tanda tanya, pertentangan, bahkan konflik yang bisa terjadi. Apakah para pengambil keputusan itu tidak berpikir pintar untuk mencoba mengembangkan sejarah dan kebudayaan yang dimiliki negeri ini, karena inilah potensi, inilah kekayaan luhur yang tidak dimiliki oleh negara lain. Menjadikan
Aku kebingungan, tampaknya ada suatu ganjalan.
Lidah kelu, tak mampu menyampaikan sesuatu.
Jantung berdetak keras tiada berhenti.
Aliran darah, naik turun membuat asupan ke otak bergerak begitu cepat.
Aku kelimpungan, rasanya tak tenang.
Aku menghangat.
Seekor ayam jago bertarung dengan gagah mempertahankan harga dirinya. Dia bersimbah darah, seluruh wajah dan tubuhnya hancur dengan luka yang menganga. Walaupun lawannya terlihat tak seimbang dia tak peduli, satu-satunya yang dia pikirkan adalah bertarung dan bertarung. Sesekali dia terjatuh, kadang tersungkur di tanah berdebu, dan menggelepar. Tetapi sesaat dia juga sudah bangkit kembali, melompat dan mematuk. Terjangannya bagaikan jutaan energi yang tak pernah habis, bulu-bulunya bergidik, seiring kepulan debu yang berterbangan dia merangsek lawannya. Berharap meninggalkan luka dan mengecilkan nyali lawannya.
Pertarungan terus berlangsung, percikan darah segar berterbangan di udara lalu menempel di dinding dan tanah. Tak ada yang tahu kapan pertarungan ini akan berakhir.
Panik ataukah malah menganggap pertarungan ini adalah hiburan, sekumpulan bebek berteriak kwek kwek di pinggiran. Mereka bergerombol tak punya nyali, mereka hanya mampu meneriakan kwek kwek tiada henti.
Mempelajari sejarah semakin menenggelamkanku dalam berbagai hal-hal yang tidak terduga. Kisah yang tak kusangka tiba-tiba mengemuka dan menebarkan pesona kemisteriusannya, satu cerita berkaitan erat dengan cerita lainnya semua terangkai menjadi sebuah perjalanan yang mengagumkan. Kisah kejayaan masalalu ternyata berkaitan dengan kehancuran suatu era, kisah gemilangnya peradaban ternyata juga meninggalkan cerita lain kesedihan dan runtuhnya peradaban di sisi dunia yang lainnya.
Ibarat sebuah labyrinth yang rumit, maka untuk bisa menjelajahi arti sejarah juga diperlukan ketelitian dan semangat besar. Karena ini sangatlah tak mudah.
Banyaknya sumber yang tercerai berai dan hilangnya mata rantai telah membuat suatu era pada masa lalu kehilangan petunjuk untuk bisa diketahui seperti apa keberadaannya.
Siapakah Ajisaka, jawabannya adalah tak tahu.
Kapan sebenarnya wayang pertama kali dibuat, jawabannya pun sama yaitu tidak tahu.
Dengan membaca, maka aku semakin pintar.
Dengan menulis, maka aku semakin ahli.
Dengan berolahraga, maka aku segar.
Dengan bermain, maka aku senang sekali.
Dan itulah yang akan membuatku puas.
Aku hanya berlari-lari kecil memutari taman
Melompat-lompat di atas bebatuan
Memasuki terowongan, lalu turun di atas prosotan
Aku hanya ingin menendang-nendang angin,
meloncat-loncat menggapai pucuk dahan tanaman
Lalu aku beralih ke ayunan,
memainkannya kencang agar tubuhku bisa bergerak-gerak
Aku hanya ingin bersenang-senang,
memainkan perasaanku, menggerakan seluruh tubuhku
Karena aku tak terbiasa untuk berdiam,
aku butuh berenang mengarungi sungai-sungai
Saat aku capek, aku lalu akan merengek,
meminta handuk untuk mengeringkan rambutku
Tubuhku menghangat, seolah seluruh darah dalam tubuh bekerja dengan maksimal, mengalir melalui kapiler dan sendi-sendiku. Inilah aku yang terus bekerja keras untuk mengusir segala ketakutan tentang masa depan. Kekhawatiran itu perlu, tapi tak akan bisa menghentikanku.
Pikiran yang tenang adalah bukan hal yang membosankan, rutinitas adalah sebenarnya suatu aktifitas wajar. Duduk terdiam adalah proses berpikir bukan menjadi kekosongan yang membuat mati
Melongok ke kedewasaan adalah petualangan baru, bukannya suatu kepalsuan yang semu. Mulai memikul tanggung jawab bukannya malah kabur terbirit-birit bagai orang yang tak berguna.
Jika harus berhura-hura ada kalanya, tapi menolaknya pun tak apa.
Bisa bilang tidak pada hal-hal tertentu, jangan menjadi plin-plan karena musti tak enak hati. Memang susah menguatkan hati karena asalnya sendiri begitu lemahnya.
Untuk menghilangkan kebosanan isilah dengan berbagai aktifitas yang menyenangkan tapi tentu saja makna menyenangkannya sendiripun musti diubah sehingga mungkin hanya dengan membaca selembar majalah National Geographic maka sudah cukup mengisi kesepian yang kadang datang.
Ujung keinginan adalah tujuan utama.
Dug dug dug, inilah saatnya berbuka. Alhamdulillah.
Sahur-sahur, mari kita sahur.
Bukalah mata kita, apa yang hadir di depan mata; deretan badut-badut dan muka palsu sinetron yang habis-habisan mengekplorasi kemampuannya.
Ramadhan memang berkah bagi tayangan tak bermutu ini. Yang porsi pembodohannya sudah melebihi batas wajar bagi otak manusia.
Ampuuunnn, kenapa sih tayangan televisi
Wayang - Borobudur - Jayabaya - Negarakertagama - Jawa - Serat Centhini - Pangeran Diponegoro - VOC - Belanda.
Ah sepertinya aku harus memutar waktu, andaikan aku bisa. Andaikan aku mempunyai keahlian itu. Pasti akan kugunakan sekarang juga. Tapi sayangnya aku tak mempunyainya sama sekali sehingga aku hanya bisa bengong dan heran. Bahkan mulutkupun seperti tersekat. Kelu lidah ini.
Menyesal sekali, aku tak bisa lakukan apa-apa, menggerutu dan memaki dalam hati.
Duh, kenapa sih, kenapa ini harus terjadi?
Aku menyesal melihatnya, seorang gadis cantik yang sebenarnya bisa tampil memikat jika bisa menjaga kepribadiannya. Tapi sepertinya pengetahuan tentang manusia beradab tidak berhasil dia miliki…sehingga dengan mudahnya dia meludah di jalan.
Apakah benar negara sebesar ini tidak mempunyai sedikit uang untuk bisa membelikan cat baru.
Masa sih negara yang mempunyai begitu banyak kekayaan alam tidak bisa membiaya tenaga-tenaga professional yang benar-benar memiliki pengetahuan yang cukup.
Begitu sibukkah para pengambil keputusan di negara ini sehingga tidak sempat lagi memperhatikan kelestariannya.
Kasihan sekali museum dan bangunan bersejarah di negara ini yang terbiarkan terbengkalai dan lapuk sia-sia.
Padahal inilah sumber pengetahuan, inilah tempatnya kita berefleksi.
Tapi sebenarnya negara ini sangatlah mampu, tetapi memang belum ada saja yang sedikit peduli untuk bisa membuat museum menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan. Sedikit inovasi dan kesungguhan tentu saja berpengaruh besar agar bangunan bersejarah ini menjadi sebuah keindahan.
Lampu yang cukup, tak ada pengap dan bau, bangunan yang bersih dan terjaga, nyaman saat berlama-lama disana. Oh sungguh menarik jika museum di
Wayang Purwa adalah wayang yang menceritakan tentang kisah Ramayana dan Mahabarata, ini digunakan untuk membedakan dengan wayang yang menceritakan kisah-kisah lain. Tapi seperti halnya sejarah
Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa wayang purwa sudah ada sejak dari zaman jawa kuno yaitu pada rentangan waktu abad ke 8 sampai 10 Masehi. Ini berarti juga bersamaan dengan dibangunnya monument besar peradaban Jawa yaitu candi-candi megah
Pada masa awalnya wayang dipertontonkan sebagai ritual untuk menyembah Hyang atau Tuhan dan biasanya dipagelarkan pada saat masa tanam, masa panen, ruwatan, ataupun sebagai doa untuk menghindarkan dari marabahaya dari sini kemudian wayang mulai menjadi sebuah ritual yang penuh religius dan mistis. Bahkan sampai perkembanganya pada masa Majapahit, wayang menjadi sebuah ritus keramat yang menggambarkan tentang kebesaran dewa-dewa.
Tetapi seiring dengan itu, wayang juga menjelma menjadi sebuah tontonan dan hiburan yang sangat populer di masyarakat. Wayang kemudian menjadi sebuah media yang sangat efektif untuk menyatukan dan mempengaruhi orang. Dan, potensi inilah yang bisa dilihat oleh para penguasa. Mereka lalu berusaha menanamkan cerita dan bumbu-bumbu baru pada pakem wayang yang telah ada. Cerita yang mengagungkan raja bagaikan seorang dewa yang kekuasaannya mutlak dan penuh kisah heroisme telah diserapkan dalam cerita wayang yang digelar.
Bahkan saat Islam lalu datang dan menguasai Jawa, wayang benar-benar menjadi sebuah senjata syiar yang sangat ampuh.
Tetapi berbeda pada saat Belanda menguasai Jawa selama berabad-abad. Cerita wayang ini kemudian muncul sebagai sebuah ritual untuk tetap bisa mempertahankan keaslian orang Jawa dan menyatukan perasaan yang sama. Wayang muncul sebagai pemersatu orang Jawa yang senasib dan sepenanggungan. Sayangnya pada masa ini wayang tak muncul sebagai senjata yang ampuh untuk berjuang.
Tidak seperti saat era awal dan setelah kemerdekaan, dimana wayang kemudian juga diadaptasi untuk bisa menggugah rasa perjuangan rakyat
Bahkan saat pemerintahan Soekarno, wayang sering sekali digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan penguasa pada rakyat. Ini terus bergembang pada masa Orde Baru dimana banyak sekali penyuluhan dan program pemerintah yang disampaikan dengan menggunakan media wayang ini.
Dan wayang terus berevolusi sampai sekarang.
Bukan pendidikan, tapi keterampilanlah yang menyelamatkan kehidupan.
Dengan memoles keterampilan secara terus menerus dan fokus maka perlahan itu akan menjadi semakin tajam dan bisa kau kembangkan sehingga bisa kau gunakan untuk menyelamatkan hidupmu.
Aku tak ingin berhenti bergerak, terus beraktifitas.
Waktu harus kumanfaatkan tak ada sedikitpun kubiarkan lenggang.
Aku tak ingin berhenti berpikir, biar otakku bisa terus terisi oleh bermacam-macam hal.
Mungkin aku sekarang perhitungan, karena aku tak ingin menyiakan waktu yang tersisa.
Dimana ku berhenti, harus ada sesuatu. Entah aku menerima masukan atau bisa menghasilkan.
Dengan begini, aku menjadi menghargai istirahat.
Dengan begini, maka aku bisa mengira-ngira kapasitasku.
Dengan begini, maka aku bisa terus berlari.
Dan ku tak ingin berhenti.
Kubiarkan semangatku menjadi sumbuku.
Aku ingin menjadi orang besar yang kekuasaannya mencapai lautan dan pegunungan. Aku ingin menjadi seorang yang kaya raya, yang hartanya bisa aku sisakan untuk berderma. Tapi aku tak mau menjadi seseorang yang hancur karena ketamakannya.
Tertatih-tatih Muhammad Yunus mencari dukungan untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpinya. Hatinya perih teriris melihat banyak saudara-saudaranya yang menghirup udara sama bersamanya harus hidup segan matipun tak mau. Seolah hidup mereka menjadi sia-sia karena harus terjerat kungkungan hutang yang menumpuk dan kapitalisme ekonomi yang tidak mendukung eksistensinya. Tidak ada pilihan bagi orang miskin
Muhammad Yunus, merasakan penderitaan mereka. Dia yang terlahir di tanah yang sama merasa punya keharusan untuk bisa sedikit membantu mereka. Pendidikan tingginya dalam bidang ekonomi harus bisa dia manfaatkan agar tak hilang percuma. Mimpi besarnya harus dia wujudkan walau harus berhadapan dengan berbagai penghalang.
Dan, saat musibah besar menghantam
Dari yang didirikan Muhammad Yunus inilah, sedikit demi sedikit tercipta perubahan mendasar dari pembangunan perekonomian di
Sesederhana apapun masakan yang kamu buat, tapi itu adalah hasil kerjamu. Kurang bumbu disana-sini atau bahkan minyak yang tak mau hilang itu tetap membuatmu bisa tersenyum. Karena kau yang memasaknya sendiri, kau yang memperhatikannya secara rinci. Mengira-ngira agar sesuai kebutuhan.
Makan buatan sendiri di sahur ini ditambah es milo, hmm not badlah.
Selamat datang di politik. Sambutlah dunia yang penuh tipu muslihat dan kawan adalah lawan. Inilah dunia yang penuh kuasa, karena politiklah yang mengatur semuanya. Siapa menang disini, dialah penguasa dari segalanya. Tertawalah pada dunia idealisme yang harus jatuh bangun mempertahankan pandangannya, tersudut dan tercampak sampai pada ujung tembok. Bernafas dengan megap-megap karena persediaan oksigennya terlalu terbatas.
Aku tak benci politik, aku sangat tahu politik adalah dunia yang menantang. Tapi aku sangat benci kepada para politikus yang tak mempunyai hati nurani. Sadarkah keputusannya adalah tentang hidup orang lain yang juga punya nyawa. Apakah mereka menyadari bahwa apa yang keluar dari mulutnya adalah tentang hak hajat orang banyak yang juga punya keinginan dan perasaan.
Andaikan ada yang tulus berpolitik yaitu yang mempunyai semangat untuk memperbaiki yang ada, melakukan perubahan untuk kesejahteraan orang banyak. Memegang kekuasaan adalah sebagai tanggung jawab besar yang musti dikerjakan secara hati-hati dan berusaha memberikan yang terbaik, maka aku akan berani menjadi yang terdepan untuk memujinya. Tapi mungkinkah itu ada?