Monday, August 31, 2009

Hagia Sophia.

Sore itu Bosphorus terlihat begitu menarik, matahari walau hanya terkesan malu-malu tetap menampakan keindahannya diantara langit jingga. Sayup-sayup terdengar suara adzan bersambungan dengan bunyi mesin kapal dan deburan angin yang membelah lautan. Tapi tiba-tiba suara gerimis berjatuhan mengenai atap-atap bangunan tua yang terjajar rapi di sepanjang jalan, memaksa kita untuk beranjak dari tempat ini, berlari menerabas titik hujan untuk sekadar mencari tempat berteduh.

Dan, tujuan kita adalah satu kedai kecil yang dari dalamnya tak henti-henti menebarkan aroma kopi yang hangat dan segar. Diantara gerimis diluar kita disini menikmati segelas kopi hangat ditemani lahmacun, sementara kau dengan penasaran memilih elma cay, yang ternyata seperti biasa memang tepat pilihanmu. Suasana seperti inilah yang sungguh ingin aku rasakan, suasana kehangatan yang sesungguhnya, suasana yang tak perlu orang lain untuk bisa membuat obrolan menjadi hangat, dan kita tertawa.

Seperti layaknya perjalanan kita sebelumnya, hujan adalah formalitas yang sekadar membersihkan udara dan mencerahkan langit agar kita bisa mendapatkan semua keindahannya. Begitu juga sore ini, gerimis yang tadi sempat datang, kini pun pelan-pelan mulai menghilang, yang tersisa adalah udara cerah tanpa asap, sungguh indah.

Kita pun beranjak, saat dua masa datang karena sebentar lagi siang akan menghilang, digantikan malam yang merajai. Kita berjalan diantara bangunan-bangunan yang terus berdiri diantara dua peradaban dan semakin kokoh memperlihatkan kekuatannya. Disinilah kita, menikmati kota yang berdiri di dua dunia, yang telah menjadi pusat dari legenda.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home