Tuesday, May 06, 2008

Kita butuh untuk tersenyum.

Saat hujan, matahari tidak pernah mau menampakkan wajahnya. Dia terlalu malu karena kuasa hujan lebih besar saat itu.
Begitu juga saat terik menyengat, hujan sama sekali tidak punya nyali untuk menyapa dunia. Dia takut sekali kekuatan matahari akan menghancurkannya dengan mudah.

Kenapa mereka tidak pernah bisa setidaknya menurunkan ego masing-masing.
Kenapa hujan tega membiarkan manusia menderita karena airnya telah merusak tanaman yang telah menunggu lama untuk bisa dipanen. Hujan mungkin tak pernah menyadari kalau air besarnya bisa menggulung ratusan rumah tempat manusia bernaung.
Kemarahan matahari akan terasa lebih menyakitkan lagi, panasnya akan dengan mudah menebarkan tanah gersang di permukaan bumi, sehingga tak ada lagi tumbuhan yang mau sekedar mengeluarkan daunnya untuk manusia.

Kemarahan mereka inilah yang kita sebut bencana, yang sekarang sudah menjadi agenda rutin di tanahku ini. Dimana manusia semakin menderita.
Lalu bagaimana caranya agar hujan dan matahari bisa berdamai, jawabannya sebenarnya ada di manusia itu sendiri; evolusinya telah menebar kemarahan pada mereka. Kitalah yang telah berbuat kasar terlebih dahulu.
Mungkin kita sebaiknya mulai ramah pada mereka, agar mimpi langit biru dan embun diatas rumput yang menghijau bisa kita nikmati.


Jika pohon terakhir telah ditebang....
Jika sungai terakhir telah tercemar....
Dan jika ikan terakhir telah ditangkap....
Maka manusia akan sadar bahwa mereka tidak akan dapat makan uang.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home