14 hari setelah World Cup 2006
Piala Dunia 2006 sudah selesai, gegap gempitanya sudah tidak terdengar lagi. Kafe, restoran dan public area yang dulu berlomba untuk menarik
Zidane menjadi Pemain Terbaik, Italia menjadi juara, bursa taruhan berangsur tutup
Yah,.......antusiasme sepakbola hilang sudah.
Tapi di sebuah kampung kecil di dekat kampus. saat saya iseng bermain kesana sore tadi. Antusiasme itu tetap terpelihara.
12 orang anak dalam dua kelompok kecil berkumpul di sebuah lapangan basket, mereka bermain tanpa pola dan peraturan. Menendang kesana kemari tanpa ada tujuan.
Kelompok kecil pertama berada di tengah lapangan basket, sementara kelompok kecil kedua berada di sisi luar lapangan basket.
“Kenapa sih mereka tidak bergabung saja dan bermain sepakbola bersama? Atau mereka kelompok berbeda dan saling tidak akur?”
Dan jadilah kita berdua mendatangi satu kelompok yang di tengah lapangan basket untuk bermain bola, rupanya hal tersebut dilihat oleh kelompok yang bermain di luar lapangan basket dan mereka spontan mendatangi kita dan ikut bermain.
Saya hanya tersenyum
“Ternyata mereka hanya perlu pemimpin, mereka perlu pantutan, mereka butuh satu orang yang mempunyai ide untuk menyatukan, tanpa perlu banyak berpikir untung rugi dan memanfaatkan. Panutan yang bahkan mereka tidak perlu kenal.”.
Saya menjadi bek dan striker disitu; menghadang bola dari lawan, mengolahnya, mengoper pada rekan se-tim, menerima umpan dan memasukannya. Bermain-main dengan tim lawan, merebut bolanya.
Ternyata baru 40 menit-an waktu berjalan setelah memasukan gol kedua, saya sudah begitu lelah dan kehabisan nafas, pusing dan kaki pegal.
Gilak,…sumpah serapah ini saya tujukan pada rokok, begadang dan
Menyaksikan anak-anak kecil tersebut begitu bersemangat memainkan bola dengan tenaga yang sepertinya tidak akan pernah habis.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home