Sunday, July 23, 2006

14 hari setelah World Cup 2006

Piala Dunia 2006 sudah selesai, gegap gempitanya sudah tidak terdengar lagi. Kafe, restoran dan public area yang dulu berlomba untuk menarik massa agar datang ke tempatnya dengan membuat acara nonton bola bareng kembali ke aktifitas normalnya.

Zidane menjadi Pemain Terbaik, Italia menjadi juara, bursa taruhan berangsur tutup
Yah,.......antusiasme sepakbola hilang sudah.

Tapi di sebuah kampung kecil di dekat kampus. saat saya iseng bermain kesana sore tadi. Antusiasme itu tetap terpelihara.

12 orang anak dalam dua kelompok kecil berkumpul di sebuah lapangan basket, mereka bermain tanpa pola dan peraturan. Menendang kesana kemari tanpa ada tujuan.
Kelompok kecil pertama berada di tengah lapangan basket, sementara kelompok kecil kedua berada di sisi luar lapangan basket.

Saya bersama tiga teman yang sedang hunting foto dan kebetulan duduk santai disitu saling bertanya
“Kenapa sih mereka tidak bergabung saja dan bermain sepakbola bersama? Atau mereka kelompok berbeda dan saling tidak akur?”

Iseng saya punya ide untuk ikut bermain bola, yang langsung ditolak mentah mentah oleh kedua teman saya dengan berbagai macam alasan; “malu, ngapain sih, khan loe gak kenal, iseng amat sih loe” dsb. Untunglah ide tersebut diamini oleh satu teman saya.
Dan jadilah kita berdua mendatangi satu kelompok yang di tengah lapangan basket untuk bermain bola, rupanya hal tersebut dilihat oleh kelompok yang bermain di luar lapangan basket dan mereka spontan mendatangi kita dan ikut bermain.
Saya hanya tersenyum
“Ternyata mereka hanya perlu pemimpin, mereka perlu pantutan, mereka butuh satu orang yang mempunyai ide untuk menyatukan, tanpa perlu banyak berpikir untung rugi dan memanfaatkan. Panutan yang bahkan mereka tidak perlu kenal.”.

Saya membentuk tim dengan 6 anak, sementara teman saya bermain dengan 6 anak lainya.
Saya menjadi bek dan striker disitu; menghadang bola dari lawan, mengolahnya, mengoper pada rekan se-tim, menerima umpan dan memasukannya. Bermain-main dengan tim lawan, merebut bolanya.

Ternyata baru 40 menit-an waktu berjalan setelah memasukan gol kedua, saya sudah begitu lelah dan kehabisan nafas, pusing dan kaki pegal.
Gilak,…sumpah serapah ini saya tujukan pada rokok, begadang dan gaya hidup manja saya. 5 menitan berikutnya saya menyerah, dan mengundurkan diri dari permainan yang kemudian disusul teman saya tidak lama kemudian. Inilah gerak tubuh saya setelah berbulan-bulan.

Kita beristirahat sebentar di bawah pohon sambil menonton, lalu beringsut pergi ke warung terdekat untuk beli minuman dingin.
Menyaksikan anak-anak kecil tersebut begitu bersemangat memainkan bola dengan tenaga yang sepertinya tidak akan pernah habis.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home