Monday, April 04, 2005

secangkir kopi

Seorang barista yang murah senyum menghampiriku untuk memberikan secangkir kopi yang tertata rapi di nampan yang dibawa dengan kedua tangannya, sambil menata sajian kopi dia sempat juga menyapa sopan kepadaku melontarkan pertanyaan akrab khas barista kepada tamunya.
"Sendirian?"
Samar kudengar pertanyaan itu, tapi memang sengaja tidak aku jawab dan hanya menghela nafas.
"Silahkan kopinya"
"Terima kasih
" jawabku sambil tersenyum kecil kepadanya

Sepeninggal dia kupandang tajam sekeliling coffeeshop ini, ternyata tidak berubah tetap saja hangat, akrab dan nyaman.
Dua barista sibuk melayani pesanan, 4 orang tamu larut dalam obrolan seriusnya ditemani asap rokok yang terus mengepul dari asbak ditengah mejanya.
Sementara aku sendirian di sofa pojok ini asyik dengan percobaan isengku terhadap "secangkir kopi" yang tersaji di mejaku.

Secangkir kopi ini terdiri dari 4 unsur yang menjadikannya sempurna, sebuah cangkir, alas cangkir, sendok dan kopi itu sendiri.

Kuaduk pelan gumpalan kopi sengaja sampai sedikit tumpah dan mengotori alasnya lalu kucoba pindahkan cangkir kopi itu dari alasnya dan kutaruh dimeja, begitu kuangkat cangkir itu telah memberikan bekas basah yang membuat kotor meja itu.
Kukembalikan di alasnya.
Bagaimanapun cangkir itu akan sangat menarik dan tepat jika berada ditempatnya, yaitu alas cangkir.
Memang tak terpisahkan.

Percobaanku beralih ke kopi dan sendoknya.
Karena sebenarnya yang menjadikan cangkir dan alas tadi bisa tersaji secara berpasangan adalah terutama karena kopi itu tentu saja. Tidak akan mungkin barista tadi sekonyong-konyong menyajikan kepadaku sepasang cangkir dan alas yang kosong tanpa isi.

Kuambil sendok kecil, coba mengaduk lagi kopi itu cepat-cepat, dari yang kondisi yang tenang kopi itu lama-lama berguncang dan berombak tak beraturan yang akhirnya tumpah membasahi cangkir itu secara pelan dan berakhir di alasnya.

Cangkir dan alas tak akan menyangka kopi yang menyatukan mereka akan bergelombang begitu hebat sehingga membuat kotor, tentu saja mereka akan selalu mengharapkan kopi tersebut tenang tak perlu ada riak atau ombak.
Tapi ...tidak akan mungkin itu terjadi,
karena sebuah kopi memerlukan adukan-adukan tepat melalui sendok itu. Entah itu untuk menambah gula, krim atau tambahan lainnya yang pada akhirnya adalah sebuah kopi nikmat sesuai selera yang mengkonsumsinya.





1 Comments:

Blogger ndi said...

lagi mellow ya mas?
sabar..sabar..

9:40 AM  

Post a Comment

<< Home